Powered By Blogger

Senin, 16 Agustus 2010

http://delianur-hasba.blogspot.com/2008/07/komunikasi-kesehatan.html

Rabu, 04 Agustus 2010

sistem perkemihan

Sistem perkemihan memiliki fungsi:
1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Ekskresi zat buangan
3. Menyimpan nutrien
4. Mengatur keseimbangan asam basa
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin dan metabolisme kalsium
6. Membentuk urin

Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar tubuh

Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron. Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine

ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5 cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar


Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :
1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk melindungi ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu bernafas, mencegah penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.

ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18 kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida. Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin ke kalliks minor.

SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt. Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari

PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.

Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :
Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-besar dan seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels.
peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR). GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi

Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.

GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal. Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan pembuluh darah renal kontriksi.

Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan tekanan dalam sistem sirkulasi.

Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem syaraf simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat pembentukan filtrt. Sistem syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin yang nantinya akan meningkatkan tekanan darah sistemik.

Reabsorpsi Tubulus
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat, vitamin, sebagian besar ion.

Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur keseimbangan asam basa.

Mempertahankan volume dan komposisi urin normal
Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan klorida, masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik menyebabkan air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi hiperosmotik. bagian dalam medula, ar
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus distal, natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga filtrat menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.
Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah natrium, kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan bikaarbonat.
Pada orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat bervariasi dari yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak memungkinkan dibawah 300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang dibutuhkan untuk urin dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
AUTO REGULASI
Auto regulasi proporsional pada TD sistole 90-250 mmHg
MAP = Sistolik + 2 Diastolik
3
Normal = 70-100 mmHg

Meningkatnya MAP akan menyebabkan negatif feedback otomatis sehingga terjadi kontriksi afferen. Aliran plasma menuju ginjal = 650 ml/mnt. Laju Filtrasi Glomerulus 125 ml/mnt, 180 L/ hari, 4,5 x total cairan, 800 – 1500 ml urine/ hari.

Volume urin rata-rata dalam keadaan sehat adalah 1500 ml.
Input dan output cairan normal dalam tubuh.
Input (ml) Output (ml)
Air 1500 Urin 1500
Makanan 500 IWL: paru-paru 400
Air metabolieme 400 IWL: kulit 400
Feses 100
Total 2400 Total 2400

Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:
1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun sangat kecil adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke hipofisis anterior untuk mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar 95% terhadap osmolalitas cairan ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada cairan ekstraseluler sangat nyata mempengaruhi sekresi ADH. Reseptor ADH ditemukan juga di duktus kolektivus dan ADH berperan untuk membuka saluran air disini sehingga memungkinkan air berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin banyak natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang dipengaruhi oleh osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas plasma tetapi diatur oleh peptida, angiotensin II.
Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5 efek antara lain:
a. Menghambat sekresi aldosteron
b. Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
c. Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
d. Vasodilatasi
e. Natriuresis dan diuresis.

Aldosteron dan kontrol kadar kalium.
Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak seperti pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam pengatran kadar natrium, hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam pengaturan kalium dan memiliki peran yang sangat penting. Peningkatan kadar kalium sedikit saja di ekstraseluler secara langsung merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam urin. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler secara kuat dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium normal kembali maka stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium atau hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion hidrogen yang dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini menghasilkan suatu hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau sebaliknya metabolik alakalosis dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami asidosis maka tubulus distal akan meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen (untuk mencegah jatuhnya pH plasma) dengan mengurangi kecepatan sekresi ion kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam darah yang menyebabkan hiperkalemia.
Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan keseimbangan kalsium dan posfat di ginjal.
1. Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon paratiroid dan vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus dan tulang. Kalsium dan posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di tulang atau dikeluarkannya oleh ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum plasma dan berkurang saat kadar kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah meningkatkan kadar kalisum plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang, melepaskan ion kalisum.
Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk mencegah kadar kalsium yang terlalu tinggi.
Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah mengkonsumsi makanan dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk dilepaskan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek hormon ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan darah.
Pembersihan produk-produk buangan.
Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa zat kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu kemampuan ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk di hati dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk akhir dari kreatinin fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam urat (sisa metabolik nucleic acid), membuang amonia, toksin bakteri dan obat-obat yang larut dalam air.

Hormon dan Nutrien di Ginjal
1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus. Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi melalui dua tahap: yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan yang terjadi di ginjal distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari penurunan kadar kalisum plasma.
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran eritropoietin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.






Anatomi Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.
Anatomi kandung kecing
Kandung kencing/kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandunng kemih yang disebut dengan trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari dalam keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos dan lapisan fibrosa.Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian tengah.
Ukuran kandung kencing berbeda-beda. Pda usia dewasa kandung kencing mampu memnampung sekitar 300-500 ml urin. Pada keadaan tertentu kandung kencing dapat menampung dua kali lipat lebih jumlah keadaan normal.
Anatomi uretra
Uretra merupakan saluran yang mengeluarkan urin keluar tubuh. Uretra terbentang dari dasar kandung kencing ke orifisium uretra eksterna. Pada laki-laki panjangnya sekitar 20 cm sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Dua langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan dindingnya meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks miksi dan refleks miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih, menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah autonom medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Persyarafan Kandung kemih:
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri
Urin yang terbentuk sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dengan duktus kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan pelvic ginjal. Setelah terkumpul di pelvic ginjal urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika urinaria untuk disimpan sementara sampai saatnya di keluarkan. Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di kandung kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal relaksasi (Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal terbuka sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah pengeluaran urin.
8. Diakhir proses mikisi kurnag dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung kemih.
Anatomi fisiologi sistem perkemihan
SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan memiliki fungsi:
1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Ekskresi zat buangan
3. Menyimpan nutrien
4. Mengatur keseimbangan asam basa
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin dan metabolisme kalsium
6. Membentuk urin

Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar tubuh

Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron. Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine

ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5 cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar


Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :
1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk melindungi ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu bernafas, mencegah penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.

ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18 kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida. Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin ke kalliks minor.

SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt. Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari







PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.

Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :
Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-besar dan seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels.



peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR). GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi

Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.

GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal. Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan pembuluh darah renal kontriksi.

Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan tekanan dalam sistem sirkulasi.

Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem syaraf simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat pembentukan filtrt. Sistem syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin yang nantinya akan meningkatkan tekanan darah sistemik.

Reabsorpsi Tubulus
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat, vitamin, sebagian besar ion.

Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur keseimbangan asam basa.

Mempertahankan volume dan komposisi urin normal
Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan klorida, masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik menyebabkan air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi hiperosmotik. bagian dalam medula, ar
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus distal, natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga filtrat menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.
Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah natrium, kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan bikaarbonat.
Pada orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat bervariasi dari yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak memungkinkan dibawah 300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang dibutuhkan untuk urin dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
AUTO REGULASI
Auto regulasi proporsional pada TD sistole 90-250 mmHg
MAP = Sistolik + 2 Diastolik
3
Normal = 70-100 mmHg

Meningkatnya MAP akan menyebabkan negatif feedback otomatis sehingga terjadi kontriksi afferen. Aliran plasma menuju ginjal = 650 ml/mnt. Laju Filtrasi Glomerulus 125 ml/mnt, 180 L/ hari, 4,5 x total cairan, 800 – 1500 ml urine/ hari.

Volume urin rata-rata dalam keadaan sehat adalah 1500 ml.
Input dan output cairan normal dalam tubuh.
Input (ml) Output (ml)
Air 1500 Urin 1500
Makanan 500 IWL: paru-paru 400
Air metabolieme 400 IWL: kulit 400
Feses 100
Total 2400 Total 2400

Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:
1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun sangat kecil adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke hipofisis anterior untuk mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar 95% terhadap osmolalitas cairan ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada cairan ekstraseluler sangat nyata mempengaruhi sekresi ADH. Reseptor ADH ditemukan juga di duktus kolektivus dan ADH berperan untuk membuka saluran air disini sehingga memungkinkan air berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin banyak natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang dipengaruhi oleh osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas plasma tetapi diatur oleh peptida, angiotensin II.
Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5 efek antara lain:
a. Menghambat sekresi aldosteron
b. Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
c. Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
d. Vasodilatasi
e. Natriuresis dan diuresis.

Aldosteron dan kontrol kadar kalium.
Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak seperti pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam pengatran kadar natrium, hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam pengaturan kalium dan memiliki peran yang sangat penting. Peningkatan kadar kalium sedikit saja di ekstraseluler secara langsung merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam urin. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler secara kuat dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium normal kembali maka stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium atau hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion hidrogen yang dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini menghasilkan suatu hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau sebaliknya metabolik alakalosis dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami asidosis maka tubulus distal akan meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen (untuk mencegah jatuhnya pH plasma) dengan mengurangi kecepatan sekresi ion kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam darah yang menyebabkan hiperkalemia.
Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan keseimbangan kalsium dan posfat di ginjal.
1. Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon paratiroid dan vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus dan tulang. Kalsium dan posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di tulang atau dikeluarkannya oleh ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum plasma dan berkurang saat kadar kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah meningkatkan kadar kalisum plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang, melepaskan ion kalisum.
Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk mencegah kadar kalsium yang terlalu tinggi.
Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah mengkonsumsi makanan dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk dilepaskan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek hormon ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan darah.
Pembersihan produk-produk buangan.
Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa zat kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu kemampuan ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk di hati dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk akhir dari kreatinin fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam urat (sisa metabolik nucleic acid), membuang amonia, toksin bakteri dan obat-obat yang larut dalam air.

Hormon dan Nutrien di Ginjal
1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus. Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi melalui dua tahap: yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan yang terjadi di ginjal distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari penurunan kadar kalisum plasma.
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran eritropoietin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.
Anatomi Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.

Anatomi kandung kecing
Kandung kencing/kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandunng kemih yang disebut dengan trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari dalam keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos dan lapisan fibrosa.Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian tengah.
Ukuran kandung kencing berbeda-beda. Pda usia dewasa kandung kencing mampu memnampung sekitar 300-500 ml urin. Pada keadaan tertentu kandung kencing dapat menampung dua kali lipat lebih jumlah keadaan normal.
Anatomi uretra
Uretra merupakan saluran yang mengeluarkan urin keluar tubuh. Uretra terbentang dari dasar kandung kencing ke orifisium uretra eksterna. Pada laki-laki panjangnya sekitar 20 cm sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Dua langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan dindingnya meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks miksi dan refleks miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih, menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah autonom medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Persyarafan Kandung kemih:
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri
Urin yang terbentuk sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dengan duktus kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan pelvic ginjal. Setelah terkumpul di pelvic ginjal urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika urinaria untuk disimpan sementara sampai saatnya di keluarkan. Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di kandung kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal relaksasi (Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal terbuka sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah pengeluaran urin.
8. Diakhir proses mikisi kurnag dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung kemih.

cedera kepala

Pengertian:
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tulang tengkorak, dan otak, paling sering terjadi dan merupakan penyakit neurologik yamg serius diantara penyakit neurology dan merupakana proporsi epidemiologi sebagai hasil kecelakaan jalan raya (Brunner and Suddart, 2001)
Cedera kepala adalah suatu bentuk trauma yang dapat merubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan aktifitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan pekerjaan atau suatu gangguan traumatic yang dapat menimbulkan perubahan fungsi otak (Black. M, 1997 dalam kumpulan materi kuliah FIK UI 2004)

Klasifikasi
Berdasarkan patologi:
Komosio Cerebri :
Hilangnya fungsi neurology sementara tanpa kerusakan struktur, umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit, getaran otak sedikit saja hanya akan menimbulkan pusing/berkunang-kunang atau juga dapat kehilangan kesadaran komplet sewaktu gejala:
Jika terjadi kecelakaan, kesadaran mungkin hanya beberapa detik/menit
Setelahnya pasien mungkin ,engalami disorientasi dalam waktu yang relatif singkat
Gejala kecil : sakit kepala, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan memori sementara, pasif dan peka
Amnesia retrograde (pada beberapa orang)

Kontusio Cerebri:
Merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada keadaaan tidak sadarkan diri. Gejala muncul lebih khas :
Pasien terbaring, kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin dan pucat
Defekasi dan berkemih tidak disadari
 Tekanan darah dan suhu tidak normal

Berdasarkan derajat kesadaran :

Cedera Kepala Ringan
o GCS 13- 15
10 menit,o Pusing tidak ada deficit neurology
o Gambaran scaning otak normal

Cedera Kepala Sedang
o GCS 9-12
o Pingsan > 10 menit sampai dengan 6 jam
o Terdapat deficit neurology
o Gambaran scanning otak abnormal
Cedera Kepala Berat
o GCS 3-8
o Pingsan > 6 jam
o Defisit neurology terjadi
o Gambaran scaning otak abnormal

Catatan:
Pada 10 menit, tanpa deficitcedera kepala dengan GCS 13-15, pingsan neurology, tetapi scaning otak menunjukkan adanya perdarahan, maka diagnosa bukan cedera kepala ringan tetapi cedera kepala sedang.


Perdarahan Intracranial pada cedera kepala
1. Hematom Epidural
Adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian dalam dengan meningen paling luar (durameter) Hematom ini terjadi karena robekan arteri meningeal tengah atau meningeal bagian frontal. Tanda dan gejala klasik terdiri dari:
Penurunan kesadaran ringan waktu terjadi benturan yang diikuti oleh periode lucid dari beberapa menit sampai jam dan diikuti oleh penurunan neurology dari kacau mental sampai dengan koma, dari bentuk gerakan bertujuan sampai pada bentuk tubuh dekortikasi atau deserebrasi dan dari pupil isokor sampai anisokor.
2. Hematom Subdural
Adalah akumulasi darah dibawah lapisan meningeal dan diatas lapisan arachnoid yang menutupi otak. Penyebabnya biasanya robekan pembuluh darah vena yang ditemukan diarea ini. Hematom ini terbagi menjadi :
Akut :
- Menunjukkan gejala dalam 24-48 jam setelah cedera
- Tanda klinis : TD meningkat dengan frekuensi nadi lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma yang cepat
Sub Akut :
- Mempunyaia gekjala klinis dari 2 hari- 2 minggu setelah cedera
- Awitan gejala klinis lebih rendah dan lebih tidak berbahaya dari pada yang akut
Kronis:
- Terjadi 2 minggu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera awal, hemoragi awal mungkin sangat kecil
- Dalam satu minggu atau lebih dari hemoragi, bekuan membentuk membrane mukosa yang berbentuk kapsul
- Gejala umum meliputi sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, kadang-kadang disfagia

3. Hematom Intrakranial
Adalah pengumpulan darah 25 ml atau lebih dalam parenkim otak dan sulit dibedakan secara radiologist antara kontusio otak dengan perdarahan dalam di dalam substansi otak. Penyebab utama adalah fraktur depresi tulang tengkorak, cidera penetrasi peluru, dan getaran akselerasi-deselerasi tiba-tiba

4. Hematom Subarakhnoid
Adalah perdarahan yang terjadi pada ruang arachnoid yaitu antara lapisan arachnoid dengan piameter. Sering kali terjadi karena adanya robekan vena yang bersifat kronik.

Mekanisme cedera :
Cedera otak dapat terjadi akibat benturan langsung atau tidak langsung pada kepala
 Baik berupa kompresi, akselerasi, deselerasi
Kelainan dapat berupa cedera otak fokal/difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak
 Cedera otak fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, sub dural, dan intracerebral
Cedera difus dapat menyebabkan gangguan fungsional atau cedera structural yang difus
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebarkan keseluruh arah, bila tekanan cukup besar makan akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan (coup) atau di tempat yang berseberangan dengan daerah benturan (contracoup)

Patofisiologi:
Trauma Cedera otak Aliran darah ke otak menurun Gangguan oksigenisasi Kekurangan suplai O2 Kekurangan suplai glukosa Gangguan metabolisme Odema Iskemia Nekrosis dan perdarahan Kematian
Manifestasi Klinis

o Gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit neurologist, dan perubahan tanda-tanda vital
o Mungkin ada gangguan pengelihatan dan pendengaran, disfungsi sensori, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang
o Syok mungkin menunjukkan cedera multi system

Manajemen therapy

Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15) dengan :

Simple head injury bila tanpa deficit neurology
- Dilakukan rawat luka
- Pemeriksaan radiology
- Pasien dipulangkan dan keluarga diminta untuk observasi bila terjadi penurunan kesadran segera bawa ke rumah sakit
Kesadaran terganggu sesaat
- Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah trauma dan saat diperiksa sudah sadar kembali
- Lakukan foto kepala dan perawatan luka
- Pulangkan dan bila kesadaran menurun di rumah, segera bawa ke rumah sakit

Pasien dengan Penurunan Kesadaran:
1. CKR (GCS 13-15)
Perubahan orientasi tanpa disertai deficit fokal cerebral
- Lakukan pemeriksaan fisik, perawatan luka, foto kepala, istirahat baring dengan mobilisasi bertahap sesuai dengan kondisi pasien disertai terapi simptomatis
- Observasi minimal 24 jam di rumah sakit untuk menilai kemungkinan hematom intracranial seperti sakit kepala, muntah, kesadaran menurun, gejala lateralisasi (pupil anisolor, refleks patologis positif)
- Jika dicurigai adanya hematom, lakukan scaning otak
2. CKS (GCS 9-`12)
Pada kondisi ini, pasien dapat mengalami gangguan kardiopulmoner, urutan tindakan sebagai berikut:
- Periksa dan atasi gangguan nafas (ABC)
- Lakukan pemeriksaan kesadaran, pupil, tanda fokal cerebral dan cedera organ
- Foto kepala dan bila perlu bagian tubuh lainnya
- Scaning otak bila dicurigai hematoma intracranial
- Observasi TTV, kesadaran, pupil dan deficit fokal cerebral lainnya
3. CKB ( GCS 3-8)
- Biasanya disertai cidera multiple
- Bila dicurigai fraktur cervical pasang kolarneck
- Bila ada luka terbuka dan ada perdarahan dihentikan dengan balut tegas untuk pertolongan pertama
- Observasi kelainan cerebral dan kelainan sistemik
- Hipokapnia, hipotensi, dan hiperkapnia akibat gangguan cardiopulmonal

Pemeriksaan Diagnostik
- CT Scan : adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran, mengidentifikasi adanya sol, hemoragi, menentukan ukuran vntrikel, pergeseran jaringan otak
- MRI : Mengidentifikasi perfusi jaringan otak, misalnya daerah infark, hemoragik
- Angiografi cerebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran cairan otak akibat odema, perdarahan, trauma
- EEG : memperlihatkan keberadaan/perkembangan gelombang patologis
- Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak, pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan)
- BAER (Brain Audio Evoked Response) untuk melihat korteks dan batang otak
- PET (Position Emmision Tomografi) menunjukkan aktifitas metabolisme pada otak
- LP :Mungkin adanya perdarahan subarachnoid, menganalisa cairan otak

Laboratorium:
 AGD untuk mengetahui adanya masalah ventilasi perfusi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
Kimia Darah untuk melihat keseimbangan cairan dan elektrolit yang berperan dalam peningkatan TIK dan perubahan status mental
Pemeriksaan Toksikologi untuk mendeteksi obat yang mungkin menimbulkan penurunan kesadaran
Kadar anti konvulsan darah untuk mengetahui keefektifan terapi untuk mengatasi kejang

Komplikasi
 Epilepsi
Infeksi
Odema
GI Tract :
- Sering ditemukan gastritis erosive/lesi GI 10-14%
- Kelainan fokal karena kelaianan akut mukosa GI atau karena kelaianan patologis atau karena cedera cerebral.
- Umumnya terjadi karena hiperaciditas , hiperfungsi kelenjar adrenal yang ditandai dengan hiperkolesterolemia
Kelainan Hematologis
Anemia, trombositopenia, hiperagregasi trombosit, hiperkoagulitas atau disseminated intrakoagulopati (DIC) sifatnya sementara tetapi perlu penanganan segera
Gelisah yang dapat disebabakan oleh kandung kemih yang full, usus halus yang pecah, frakur, TIK meningkat, emboli paru
Sesak nafas Akut akibat aspirasi, odema pulmonal, tromboemboli atau emboli lemak ke arteri pulmonal
 Tromboemboli pulmonal berasal dari trombosis vena dalam di tungkai dll
 Emboli lemak karena patah tulang
Gejala lainnya seperti dispnea, hipotensi dan syok
Aspirasi
Dapat terjadi daerah-darerah infark, alveoli paru tertutup, odema dan perdarahan di dalam paru

anatomi fisiologi sistem persyarafan

Sistem persarafan terbagi atas :
1. Sistem saraf pusat, yang terdiri atas :
a. Otak
b. Medulla spinallis
2. Sistem saraf perifer, yang terdiri atas :
a. Saraf aferen
b. Saraf eferen
c. Saraf otonom, yang terdiri atas :
 Saraf simpatis
Sadar parasimpatis

OTAK
Otak terletak di dalam rongga kepala, yangpada orang dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan tekanan intra cranial.

Selaput otak :
1. Durameter
2. Arakhnoid
3. Piameter

Bagian-bagian otak :
1. Medulla oblongata
Merupakan pusat refeleks pada jantung, pernafasan, bersin/batuk, menelan, dan pengeluaran air liur dan muntah
2. Pons
Sebagai penghubung antara hemisfer serebri, serebelum dan mensensepalon dan penghubung kortikosereberalis, yaitu menghubungkan antara hemisfer serebri dengan serebelum
3. Mensefalon
Merupakan bagian pendek batang otak yang terletak di atas spons, yang terbagi atas dua bagian, yaitu :
Bagian anterior
Bagian posterior
Bagian ini bercabang mejadi dua lagi, yaitu : Kolikulus inferior dan kolikulus superior. Kolikulus superior mengurusi masalah penglihatan dan koordinasi gerakan penglihatan
4. Serebelum
Sebagai pusat reflek yang berfungsi memepertahankan keseimbanagan dan sikap badan
5. Diensepalon
Terdiri atas 4 bagian, yaitu :
Talamus
Merupakan stasiun penerima yang penting dalam otak dan pengintegrasian
 Hipotalamus
Merupakan pusat pengatur susunan saraf otonom
 Subtalamus
Belum diketahui fungsinya secara jelas
Epitalamus
Mempunyai peran sebagai :
Pendorong emosi dasar seseorang
Integrasi informasi olfaktorius
Pengaturan sirkadian tubuh
Penghambat hormone gonad

6. Sistem limbic
Berfungsi dalam hal yang berkaitan dengan pengalaman, ekspresi kejiawaan dan emosi serta ingatan
7. Serebrum
Terdiri atas 2 hemisfer, yang dihubungkan oleh bagian putih yang disebut korpus kolosum. Setiap hemisfer terbagi menjadi 4 lobus, yaitu :
a. Lobus Frontal
Lobus pre frontal :
Berfungsi mengontrol emosi, kepribadian, penilaian, penafsiran, tingkah laku yang dipelajari danperkembangan pikiran
Area pre sentral (korteks motorik utama ) :
Terletak persis di bagian anterior sulkus sentral. Rangsangan menimbulkan pergerakan otot yang spesifik di sisi tubuh yanglain
b. Lobus Perietal
Area sensori somatic primer :
Menempati area setelah gyrus sentral, area ini menerima input sensori mayor, seperti rasa nyeri, suhu, sentuhan, fibrasi dan posisi dari sisi kontra leteral tubuh
Area yang berhubungandengan sensori :
Fungsi utama dari area ini adalah mengintegrasikan informasi sensori, misalnya, ukuran, bentuk dan tekstur dari obyek

c. Lobus Temporal
Area ini memungkinkan kita menerima dan mengintepretasikan pendengaran, pembauan dan rasa, dan juga menerima serta menyimpan memori yang singkat, memberikan integrasi somatic area auditori dan area yang berhubungan dengan penglihatan. Jenis pemikiran yang dialami merupakan memori pengalaman masa lalu yang sangat terperinci, seni, musik dan rasa.
d. Lobus oksipital
Area visul primer
Menerima input dari sebgaian ipsilateral retina bagian temporal dan sebagian konralateral retina bagian basal
Area visual sekunder
Yang mengelilingi area visual primer, memungkinkan kita menginterpertasikan apa yang kita lihat dan mengenali makna kerja
Setiap hemisfer serebral/serenrum memproses informasi terhadap sisi tubuh yang berlawanan, misalnya korteks serebral kiri mengontrol pergerakan tangan kanan.

8. Korteks serebri
Terdiri atas traktus yang berfungsi menyesuaikan kegiatan dari kedua hemisfer otak

9. Basal gangli
Memegang peranan penting fungsi-fungsi motorik tubuh yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otomatis dan halus

MEDULLA SPINALIS
Berfungsi sebagai pusat reflek spinal dan sebagai jalan impuls yang berjalan dari dan ke otak.

SISTEM SARAF PERIFER
1. Saraf aferen
Berfungsi membawa informasi sensorikbaik disadari maupun tidak, dari kepala, pembeluluh darah dan ekstermitas
2. Saraf eferen
Menyampaikan rangsangan dari luar ke pusat
3. Saraf otonom
Terbagi atas :
 Saraf simpatis
Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna
Saraf parasimpatis :
Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis

CAIRAN SEREBROSPINALIS
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau yang terdapat dalam ventrikel dan mengelilingi otak serta medulla spinalis (spinal cord)

Tujuan
Berfungsi sebegai peredam bantingan dan bantalan otak dan spinal cord terhadap perlukaan akibat gerakan

Komponen
Air, sejumlah kecil protein, oksigen dan CO2. Elektrolit seperti natrium, klorida. Glukosa dan kadang-kadang limfosit.
Tekanan normal
60 – 180 mmH20

Sirkulasi cairan serebro spinalis
Sering disebut sirkulasi ke 3 sistem tertutup :
1. Cairan serebra spinalis dibentuk dalam kedua ventrikel lateral
2. masuk ke ventrikel ke-3 melalui foramen montro
3. masuk ke ventrikel ke-4 melalui aquaduktus sylvii
4. masuk ke ruang sub arakhnoid otak danmedulla spinalis melalui sepasang foramen Lucchca di bagian lateral dan foramen Magendi di bagian medial
Suplai darah otak dan medulla spinalis

Otak mendapat darah melalui 2 pembuluh darah, yaitu :
1. Arteri vertebralis
2. Arteri karotis, yang terbagi menjadi 2 bagian :
a. Arteri di daearah tengkorak, dimana pembuluh darah interna yang ada di tengkorak.
Terbagi 2, yaitu :
Arteri serebri media
Yang merupakan lanjutan dari arteri karotis interna sesudah subarakhnoid. Sebelum percabangan terdapat arteri oftalmika yang memperdarahi orbita, dimana orbita itu sendiri memperdarahi mata, isi orbita, bagian-bagian hidung dan sinus. Apabila terdapat sumbatan pada arteri oftalmika akan terjadi stroke dan kebutaan
Arteri serebri anterior, terbagi atas 3 bagian, yaitu :
Nukleus kaudatus
Puntamen
Lobus frontalis
Apabila terjadi sumbatan pada arteri serebri anterior ini akan terjadi :
Hemiplegi, kontralateral, paralysis dan gangguan sensori
b. Arteri karotis eksterna
Arteri ini memperdarahi daerah wajah, tiroid, lidah dan farinx