Powered By Blogger

Selasa, 14 Desember 2010

Nyeri Pada Penyakit Kardiovaskular

Nyeri Pada Penyakit Kardiovaskular


Nyeri pada kardiovaskular merupakan referand pain, seperti pada nyeri pasien infark miokardial, yang dilukiskan sebagai nyeri yang paling buruk yang dialami pasien. Merupakan nyeri visceral yang dalam dan kata-kata sifat yang dipakai adalah berat, menekan dan menghancurkan, serupa sifatnya dengan nyeri dari angina pectoris tetapi lebih gawat dan jauh lebih lama.

Secara khas nyeri, mulai secara gradual, nyeri melibatkan bagian sentral dari dada dan efigastrium dan menjalar ke lengan, penjalaran nyeri yang kurang lazim adalah abdomen, punggung, rahang dan leher. Nyeri infark miokardial tidak menjalar keatas keatas maxilla atau kebawah pusar.
Nyeri sering diikuti kelemahan, berkeringat, mual, muntah, pusing dan ketakutan menyolok, tidak hilang dengan istirahat. Secara khas nyeri infark miokardial menyebabkan pasien bergerak-gerak dalam usaha menemukan posisi yang nyaman.
Dalam banyak hal cirri-ciri yang menonjol dari penampilan pasien adalah reaksinyaterhadap nyeri, ketakutan khas dan gelisah, berusaha meredakan nyerinya denga bergerak-gerak ditempat tidur, berbelit-belit, mengeliat, bertahak atau bahkan berusaha muntah. Lazimnya pucat dan extrimitas dingin.

Penanganan


1. Meredakan nyeri :

Infark myocardial biasanya disertai nyeri yang hebat, oleh karena itu salah satu objek yang terapeutik inisial adalah meredakan nyeri. Morphine, obat yang secara tradisi dipakai untuk maksud ini, masih tetap efektif dan tetap merupakan obat pilihan.

* Morphine dapat menurunkan tekanan arterial dengan menurunkan konstriksi arteriolar dan venus yang terjadi secara simpatetik. Pooling venus sebagai hasilnya dapat menimbulkan reduksi pada curah jantung. Ini harus disadari tetapi tidak perlu mengkontraindikasikan pemakaiannya.
Kulit dapat menjadi dingin dan basah, tetapi pasien dapat mengeluh mual-mual, tetapi kejadian ini biasanya lewat dan diganti oleh perasaan keadaan baik bertalian dengan meredanya nyeri.
Adalah penting untuk mengetahui sindrom ini dalam kaitannya dengan morphin, karena hipotensi dan tanda-tanda kontriksi perifferal dapat disalah interpretasi sebagai manifestasi-manifestasi sindrom shock dianggap sebagai dasar-dasar untuk memulai terapi vasokontriktor atau lain yang tidak akan tepat.
Hipotensi bertalian venous pooling biasanya beresponsi langsung dengan meninggikan kaki. Morphine juga mempunyai efek vagotonik dan dapat menyebabkan bradikardia, khusus pada pasien-pasien dengan infark diagfrahmatik.

* Pemberian Sulfas Atropine 0,4 mg IV harus diberikan sebelum injeksi morphine bila ada bradikardia atau sblock ssetiap derajat. Karena efek samping potensial ini, maka dianjurkan mensel3eksi dosis efektif minimal morphine yang meredakan nyeri. Ini dapat dicapai lebih baik dengan injeksi IV repetetif tiap 5 menit dosis kecil obat 2 – 4 mg dari pada pemberian jumlah besar dengan jalan IV atau subkutan.

2. Pemberian Oksigen.

Pemberian Oksigen rutin disokong oleh observasi bahwa Po2 pada banyak pasien dengan infark miokardial dan bahwa inhalasi oksigen mengurangi ukuran infark, pemberian oksigen harus diberikan dengan sungkup, face mask atau nasal kanul untuk 2 sampai 3 hari pertama setelah infark.
3. Pengurangan aktifitas

Tujuan pengurangan aktifitas fisik adalah untuk mendapatkan keadaan-keadaaan yang paling menguntungkan untuk penyembuhan ini. Factor-faktor yang menambah pekeerjaan jantung dapat menambah ukuran infark miokardial. Keadaan-keadaaan, yang mengakibatkan bertambahnya ukuran jantung, curah jantung, atau kontraktelitas myocardial, harus dihindari. Semua pasien dengan infark miokardial harus dimasukan ke unit perawatan koroner selama 3-4 hari, dengan observasi terus-menerus oleh perawat yang terlatih dan memakai monitor elektrokardiografik terus-menerus.
Infus harus terpasang pada vena perifer, dan difiksasi dengan kuat agar tidak lepas, cairan yang trpasang adalah larutan glukosa dengan tetesan lambat, yang merupakan jalan untuk pemberian obat anti aritmia atau obat lain yang mungkin diperlukan.
Selama 2 – 3 hari pertama bila tidak ada pump failure pasien harus bedresthampir sepanjang hari dengan satu atau dua periode 15 – 30 menit duduk dikursi sebelah tempat tidur.
Pasien dapat memakai commode disamping tempat tidur dan harus dimandikan oleh perawat.
Pasien boleh makan tanpa bantuan. Tempat tidur harus ada footboard dan pasien harus mendorong kakinya pada footboard itu dengan kuat 10 kali selama jam bangun, untuk mencegah stasis venous dan thromboembolisms dan untuk memelihara tonus otot pada kaki.
Pasien biasa yang perjalanan penyakitnya tidak berkomplikasi dapat dikeluarkan dari unit koroner pada hari ketiga atau ke empat. Pada saat-saat itu pasien harus duduk 30 sampai 60 menit dua kali sehari. Ada baiknya dalam tahap mengukur tekanan darah pasien dalam keadaan berdiri, agar dapat waspada terhadap hipotensi postural, yang dapat merupakan problem bila dimulai mobilisasi.
Berdiri dan mobilisasi bertahap biasanya dimulsi kira-kira antara hari kelima dan kedelapan post infark myocardial transmural dan nontransmural yang tak berkomplikasi
Mobilisasi permulaan adalah ke kamar mandi bila ada dikamar pasien atau didekatnya.
Mobilisasi ditingkatkan secara progresif, pada akhirnya termasuk berjalan-jalan dilantai RS, lamanya total hospitalisasi dalam kasus-kasus tak berkomplikasi biasanya 10 – 14 hari, tetapi banyak dokter yang masih menahan pasiennya dengan infark transmural untuk 3 minggu, hal ini tergantung kecepatan membaiknya payah jantung kongestif dan situasi rumah dimana pasien akan kembali.
Sisa fase konvalensensi infark miokardial dapat dijalankan dirumah.
Beberapa dokter menahan pasien pada satu lantai sampai memenuhi konvalensensi 5 minggu, dan diperbolehkan naik satu tangga keatas dan kebawah tiap hari, dimulai beberapa hari setelah dikeluarkan dari RS, 5 sampai 8 minggu, pasien harus dianjurkan menambah aktivitas dengan jalan-jalan sekitar rumah dan keluar bila cuaca baik.
Pasien harus ditempat tidur 6 sampai 8 jam tiap malam, periode-periode istirahat tambahan pagi-pagi dan sorre dapat dianjurkan.
Setelah 8 minggu keatas, pasien harus mengatur aktivitasnya berdassrkan toleransinya trhadap exercise. Selama periode peningkatan aktivitas inilah pasien dapat timbul kecapaian yang menyolok. Hipotensi postural masih tetap dapat merupakan problem. Kebanyakan pasien dapat kembali bekerja setelah 12 minggu.



Bila Artikel ini berkenan silahkan
DownLoad File Disini
0 komentar Link ke posting ini
Label: Asuhan Kep. Peny. Dalam
Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Vertigo
Vertigo merupakan suatu gejala subjektif, istilah yang digunakan masing-masing orang bisa berbeda-beda, tergantung pada asal-usul bahasa dan persepsinya, seperti pusing, melayang dan sebagainya.
Jika pasien dengan jelas mengatakan bahwa pusing adalah rasa berputar dan terbalik-balik, keluhan ini disebut sebagai vertigo vestibular dan dapat dipastikan secara diagnostik, dan jika tidak maka termasuk golongan non-vestibular dan tidak disebut sebagai vertigo, tetapi sebagai dizzines.

Secara Fisioanatomis susunan dan fungsi keseimbangan tubuh terdiri atas tiga sistem, yaitu : sistem somatosensori, sistem visual dan sistem vestibular. Masing-masing sistem tersebut terdiri atas tiga tingkat, yaitu : tingkat resepsi, tingkat integritas dan tingkat persepsi.
Semua rangsang yang diterima reseptor masing-masing sistem diintegritaskan ke batang otak dan serebelum, sehingga terjadi hubungan fungsional yang terpadu antara ketiga sistem, maupun antara tingkat resepsi dan tngkat rerspsi masing-masing sistem.

Vertigo bisa timbul bila ada gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga sistem tersebut pada tingkat resepsi, integritas maupun persepsi. Vertigo yang terjadi oleh karena kelainan pada sistem vestibular disebutvertigo vestibular, dan yang timbul pada kelainan sistem somatosensori dan visual disebut vertigo nonvestibular.

Perbedaan klinis Vertigo vestibular dan nonvestibular adalah sebagai berikut :
Vertigo Vestibular.

Gejala : Sifat vertigo : rasa berputar.
.Serangan : Episodik
.Mual/Muntah : (+)
.Gg.Pendengaran : kadang-kadang
.Gerakan Pencetus : Gerakan kepala
.Situasi Pencetus : Tidak ada

Vertigo Nonvestibular.

Gejala : Melayang, sifat serangan kontinyu, tidak ada mual/muntah, tidak ada gannguan pendengaran, gerakan objek visual sebagai pencetus, situasi pencetus karena keramaian

Terapi Vertigo terdiri atas :
1. Kausal, kebanyak kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, tetapi bila
penyebabnya ditemukan, maka terapi kausal merupakan pilihan utama.
2. Terapi Simomatik. keluhan vertigo yang paling berat adalah pada jenis vertigo
vestibular tipe ferifer. Strateginya adalah memberikan obat secukupnya untuk
mengurangi gejala agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk latihan
Rehabilitasi.
3. Latihan Rehabilitasi Vestibular.
Untuk mempercepat penyembuhan, program rehabilitasi yang berupa Vestibular
Exercise, harus segera dilakukan begitu keluhan berkurang.

Beberapa Metode latihan vestibular adalah :
1. Metode Brandt-Daroff.
Metide ini dilakukan pada pasien Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), caranya :
.Pasien duduk tegak ditempat tidur dengan kaki menggantung.
.Lalu tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik.
.Kemudian duduk tegak kembali, setelah 30 detik., baringkan tubuh pada sisi yang lain dengan cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk kembali
.Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul vertigo lagi

Pada pasien dengan gangguan Vestibular selain BPPV, setelah rasa mual muntah berkurang, dapat diberikan latihan Visual Vestibular.
2.Latihan Visual Vestibular.
Pada pasien yang masih berbaring.
.Melirik ke atas, ke bawah, ke samping kiri,kanan : selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula gerakkan lambat, makin lama makin cepat.
.Gerakan kepala fleksi dan ekstensi, makin lama makin cepat. Lalu diulang dengan mata tertutup. Setelah itu gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan urutan yang sama.

Untuk pasien yang sudah dapat duduk.
.Gerakkan kepala dengan cepat ke atas dan ke bawah, seperti sedang manggut sebanyak 5 detik atau lebih sampai vertigo menghilang. ulangi latihan tsb sebanyak 3 kali
.Gerakkan kepala menatap ke kiri/kanan selama 30 detik, kembali ke posisi biasa selama 30 detik, lalu menatap ke arah sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi latihan sebanyak 3 kali.
.Sambil duduk dan membungkuk mengambil benda yang diletakkan di lantai.

Untuk pasien yang sudah bisa berdiri/berjalan.
.Sambil berdiri gerakkan mata, kepala seperti latihan diatas.
.Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan tertutup.
.Latihan berjalan (gait exercise).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar