Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep emfisema

Asuhan Keperawatan Emfisema
Askep Emfisema


Emfisema

A. Pengertian

Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.(Kus Irianto.2004.216)

Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi dindingnya.(Robbins.1994.253)

Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435)


B. Klasifikasi

Terdapat 2 (dua) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru :
1. Panlobular (panacinar), yaitu terjadi kerusakan bronkus pernapasan, duktus alveolar, dan alveoli. Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak membesar, dengan sedikit penyakit inflamasi. Ciri khasnya yaitu memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan berat badan.

2. Sentrilobular (sentroacinar), yaitu perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus sekunder, dan perifer dari asinus tetap baik. Seringkali terjadi kekacauan rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia (peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal jantung sebelah kanan. Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer, dan gagal napas.

C. Etiologi

Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :
1. Rokok
Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bromkus.

2. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.

3. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.

4. Genetik

5. Paparan Debu

D. Manifestasi Klinis
1. Dispnea
2. Pada inspeksi: bentuk dada ‘burrel chest’
3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid)
4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru.
5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan ekspirasi
6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum
7. Distensi vena leher selama ekspirasi.

E. Patofisiologi

Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian tau seluruhparu.

Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstrusi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus.

Pada emfisema terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.


F. Komplikasi
1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
2. Daya tahan tubuh kurang sempurna
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah
4. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
5. Pneumonia
6. Atelaktasis
7. Pneumothoraks
8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.

G. Pemeriksaan diagnostik
• Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama periode remisi (asma).
• Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis., bronkodilator.
• TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema
• Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema
• Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma
• FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronkitis dan asma
• GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis
h.Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronkitis
• JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan eosinofil (asma)
• Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema primer
• Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi
• EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema)
• EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Emfisema


Emfisema

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
o Keletihan, kelelahan, malaise
o Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas
o Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
o Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
o Keletihan, gelisah, insomnia
o Kelemahan umum/kehilangan massa otot

2. Sirkulasi
Gejala :
o pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
o Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher
o Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
o Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada)
o Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-abu/sianosis
o Pucat dapat menunjukkan anemia

3. Makanan/Cairan
Gejala :
o Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
o Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan
o Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)
Tanda :
o Turgor kulit buruk, edema dependen
o Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema)
o Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali (bronkitis)

4. Hygiene
Gejala :
o Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda :
o Kebersihan, buruk, bau badan

5. Pernafasan
Gejala :
o Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma)
o “Lapar udara” kronis
o Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis)
o Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat terjadi produktif (emfisema)
o Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji)
o Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti tripsin (emfisema)
o Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus
Tanda :
o Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan otot bantu pernapasan
o Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan diafragma minimal
o Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut atau krekels, ronki, mengi sepanjang area paru.
o Perkusi: hiperesonan pada area paru
o Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.

6. Keamanan
Gejala :
o Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan
o Adanya/berulangnya infeksi
o Kemerahan/berkeringat (asma)

7. Seksualitas
Gejala :
o Penurunan libido

8. Interaksi sosial
Gejala :
o Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak mampuan membaik/penyakit lama
Tanda :
o Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara pernafasan
o Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota keluarga lalu.

9. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
o Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan untuk membaik.


Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi

2. Kelebihan volume cairan berhubungan edema pulmo


Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
o Bunyi paru bersih
o Warna kulit normal
o Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :
o Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
o Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
o Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
o Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
o Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
o Pantau irama jantung
o Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
o Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
o Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema pulmo

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
o TTV normal
o Balance cairan dalam batas normal
o Tidak terjadi edema

Intervensi :
o Timbang BB tiap hari
o Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
o Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
o Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
o Monitor parameter hemodinamik
o Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar