Powered By Blogger

Sabtu, 24 Juli 2010

askep hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner end Suddarth, 2002, hal: 896)

Hipertensi adalah tekanan darah arteri diatas 140/90 mmHg, walaupu sejumlah ahli menetapkan tingkat sistolik 160 dan tingginya tergantung usia. (OvedoffDavid, 2002, hal: 1049).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg, atau jika pasien memakai obat anti hipertensi (Arief Mansjoe, 2002,hal :518).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. (http://www. info-sehat.com).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

a. Anatomi Kardiovaskuler

Gomhar 1. Anatorni Jantung, sumber : Reinhard V. Putz & Reinhard Pabst, SABOTTA, 2005.

Sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung dan pembuluh-pembuluh darah. Jantung terletak dalam mediastinum rongga dada antara kedua paru-paru. Pericardium terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan dalam (viceralis) dan bagian luar (parietalis) yang dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas untuk mengurangi gesekan jantung. jantung terdiri dari tiga lapisan, lapisan terluar disebut epicardium, lapisan tengah myocardium, dan terdalam disebut endocardium,

b. Bilik Jantung

Jantung terdiri atas 4 (empat) bilikyaitu:

§ Atrium kanan

Atrium kanan adalah salah satu sisi kanan dari Jantung dan sebagian besar membentang di belakang sternum.

§ ventrikel kanan

Ventrikel kanan adalah bilik dengan dinding yang tebal membentuk sebagian besar Jantung depan. Pinna katub arterio ventrikuler kanan (trikuspid) pada sisi ventrikuler merupakan pintu anterior ventrikuler kanan. Istium pulmonalis ke dalam artei pulmonalis adalah ujung sebelah atas dari ventrikel dan di jaga oleh katub pulmonalis yang terdiri dari tiga buah daun selular.

§ Atrium kiri

antrium kiri adalah ruangan dengan dinding yang tipis terletak di sebelah belakang dari Jantung, dua buah Vena pulmonalis memasuki masing-masing sisinya, rnembawa darah dari paru, antrium terbuka di sebelah bawah ke dalam ventrikel kiri melalui ostium atrioventrikuler kiri.

§ Ventrikel kiri

Ventrikel kiri adalah rongga dengan dinding yang tebal pada bagian kiri dan belakang dari Jantung, dinding tersebut tiga kali lebih tebal dari dinding ventrikel kanan. Katub atrioventikuler kiri (mitral) mengelilingi ostium-ostium ventrikuler kiri pada sisi ventikuler mempunyai dua katub. Pembatasan dari masing-masing katub tersebut melekat pada korda tendince.

b. Arteri koronaria

Kanan dan kiri mensuplai dinding jantung dengan darah. Arteri tersebut berasal dari aorta tepat di atas katub aorta dan menjalar ke bawah permukaan dari sisi kanan dan kiri jantung secara berurutan, melepaskan percabangan dari sisi kanan dan kiri jantung secara berurutan, melepaskan percabangan ke dalam miokardium. Kedua arteri tersebut mensuplai sisi jantung berurutan tetapi terdapat masing-masing variasi pada beberapa organ arteri mensuplai bagian ventrikel kiri. Terdapat relative sedikit anastomasis diantara arteri kanan dan kiri.

c. Siklus jantung

Siklus jantung adalah serangkaian kejadian selama satu kali jantung berdenyut Siklus tersebut terjadi dalam 2 fase yaitu fase systole dan diastole. Systole adalah periode dari kontraksi otot jantung memerlukan waktu 3 detik. sedangkan diastole periode keseluruhan yang diikuti dengan periode kontraksi.

d. Curah jantung

Curah darah pada jantung tergantung pada :

§ Kecepatan jantung: pada saat istirahat biasanya sekitar 70 kali permenit

§ Storke Volume: darah yang dikeluarkan dari ventrikel setiap kali berdenyut. Pada keadaan istirahat biasanya sekitar 70 ml, pada latihan ringan meningkat sampai 125 ml.

Pada awal kontraksi ventrikel dengan tubuh dalam keadaan istirahat mengandung 120 ml, kira-kira 50 ml tersisa dalam ventrikel pada setiap denyutan. Jumlah darah yang dikeluarkan setiap menit adalah sekitar 5 liter,

kecepatan denyut jantung dikendalikan oleh:

§ Sebagian besar oleh penurunan stimulasi melalui serat syaraf parasimpatis

§ Akan tertunda sedikit oleh stimulasi melalui saraf simpatis.

e. Sirkulasi Sistemik.

Dinding pembuluh darah terdiri dari: lapisan luar disebut tunika adventisia, bagian tengah yang berotot disebut tunika media, sedangkan bagian dalam yaitu lapisan endotelnya disebut tunika intima. Sirkulasi sistemik terbagi atasa lima yaitu: arteria, arteriole, kapiler, venuladan vena.

f. Sirkulasi koroner.

Efesinsi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardtal yang kecil-kecil.

3. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Berdasarkan Tekanan Sistolik dan Diastolik

Table 1. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normotensi

Hipertensi ringan

<140>

140-180

<90>

90 - 105

Hipertensi perbatasan

140-160

90-95

Hipertensi sedan" dan berat

>180

>105

Hipertensi sistolik terisolasi

>140

<90

Hipertensi sistolik perbatasan

140 - 160

<90

Mansjoer Arif. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 2000, hal; 519

Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu:

a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.

b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg,

c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

(http://www. medicastore. com)

4. Etiologi

Secara umum penyebab tekanan darah meningkat adalah kecepatan denyut jantung, peningkatan resisteni (tahanan) dari pembuluh darah tepid an peningkatan volume aliran darah.

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jcnis :

a. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh penderita hipertensi). Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan secara bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB), Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. (http://www. medicastore. com)

5. Manifestasi Kinik

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur, namun keluhan yang mungkin timbul akibat hipertensi antara lain yaitu nyeri di daerah kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan yang kabur, kelemahan pada otot, mual, dan muntah. (http://www.info-sehat.com)

6. Penatalaksanaan

a. Tindakan Konservatif:

1. Modifikasi diet

§ pembatasan Natrium

§ penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh

§ penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan

§ menurunkan masukan minuman alkohol

2. menghentikan merokok

3. penatalaksanaan stress

4. program latihan regular untuk menurunkan berat badan

(Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, 1999,hal: 368).

B. Konsep Dasar Kesehatan Lingkungan

1. Sampah dan Pengelolaannya

Sampah adalah semua bahan atau benda yang sudah tidak dipakai lagi dan tidak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Pada ahli kesehatan masyarakat amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup bebagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vector). Oleh sebab itu sampah harus dikelolah dengan baik sehingga tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja tetapi juga keindahan lingkungan.

Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah ialah perlakuan manusia terhadap sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi sumber gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

Cara – cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masmg-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, setiap rumah tangga atau institusi atau instansi sebaiknya membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut lalu diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS), dan pada saat tertentu sampah dari TPS diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA)

b. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

§ Di taman (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah .

§ Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator)

§ Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik,

2. Air Limbah

Air limbah atau air buangan sisa adalah sisa air yang dibuang, berasal dari aktivitas rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mangandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada (Harono Kusnoputranto,2001:hal 221).

Syarat – syarat SPAL

a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.

b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah

c. Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi.

d. Tidak dapat dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyakit dan vector.

e. Tidak terbuka, terkena udara luar (jika tidak di olah) serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak.

Cara pengelolaan air limbah secara sederhana

Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut sekaligus mencegah potensi munculnya penyakit menular seperti kolera, typus dan diare.

Cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:

1. Pengeceran (delution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengeceran terjalu banyak pula, maka cara ini hamper tidak dapat dipertahankan lagi

2. Kolam oksida (oxidation ponds)

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan aJamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan daerah yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian

a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes 1988, dalam Effendy 1998 : 32)

b. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G. Bailon dan Aracelis maglaya, (1989)Efendy 1998 : 32)

c. Burgess dkk (1963) dan Fredman (2001), membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :

v Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi.

v Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam suatu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

v Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan. Saudara-saudari.

v Keluarga sama-sama menggunankan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri tersendiri.

2. Struktur Keluarga

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri

3. Tipe / Bentuk Keluarga

a. Keluarga ini (Nuclear Family), adalah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak, saudara, misalnya nenek, kakek. keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga Berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda / janda (single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian..

e. Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya poligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (chabatitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

g. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak

h. Single parents, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

i. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa.

j. Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri berusia lanjut.

4. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dijalankan keluarga (Effendy, 1998) sebagai berikut:

a. Fungsi biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi psikologis

1) Memberi kasih sayang dan rasa aman.

2) Memberi perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan dan kepribadian anggota keluarga.

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosiologi

1) Membina sosialisasi pada anak.

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi ekonomi

1) Fungsi sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya.

e. Fungsi Pendidikan.

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap-tahap perkembangan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :

a. Tahap pembentukan keluarga; tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.

b. Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

c. Tahap menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada orang tuanya.Dan kondisinya masih sangat lemah.

d. Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma – norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya dan sebagainya.

e. Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajak anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiarkan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

f. Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan.

g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupan berumah tangga.

h. Tahap berdua kembali; setelah anak besar dan menempuh keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress

i. Tahap masa tua ; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

1. Pengertian

a. Berdasarkan hasil lokakarya keperawatan, Januari 1983 yang dikutip Drs. Effendy Nasrul dalam buku dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat,hal. 7. Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan dibidang kesehatan yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat sejak lahir hingga meninggal.

b. Christina Ibrahim, 1986 yang dikutip dari Nasrul Effendy dalam buku dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat Hal. 6. Kesehatan adalah keadaan dinamis dalam siklus hidup dan memperoleh adaptasi terus menerus terhadap stress.

c. S. G. Bailon dan Araclis M., 1989 yang dikutip Drs. Nasrul Effendy dalam buku dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat Hal. 32-33. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

d. Perawatan kesehatan keluarga (family health nursing) adalah perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan kepada keluarga sebagai unit kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai sasarannya, (Salvision G Baylon A.Maglaya, 1978).

Berdasarkan definisi tersebut diatas bahwa keperawatan kesehatan keluarga adalah suatu proses yang dilakukan oleh tenaga perawat profesional dengan menggunakan metode yang sistematis yang ditujukan kepada keluarga sebagai suatu kesatuan agar dapat hidup sejahtera dan produktif.

2. Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan :

Keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.

Beberapa alasan keluarga sebagai unit pelayanan adalah :

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompok

c. Masalah-masalah kesehatan keluarga sering berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat. (Menurut Freeman 1981, dalam Effendy 1998)

3. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

a. Tujuan umum

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.

b. Tujuan Khusus

v Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

v Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

v Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.

v Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

v Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

4. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam memelihara kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

Lima (5) tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga ini ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e. Mempertahankan hubungan yang timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada. (Freeman 1981 dalam Effendy 1989 : 42)

Keluarga yang sanggup melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang tercantum diatas dapat dikatakan sanggup mengatasi dengan baik masalah kesehatan dan dengan demikian hanya memerlukan pengawasan dan bimbingan dari petugas kesehatan.

· Peranan Perawat

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :

a. Pemberian asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.

c. Koordinator pelayanan dan kebutuhan kesehatan keluarga.

d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dalam membantu mencarikan jalan pemecahannya.

e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.

f. Penyuluh dan konsultan, perawatan dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan perawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah – masalah kesehatan keluarga. (Nasrul Effendy , 1998. hal 43)

6. Hambatan

Hambatan yang paling besar yang dihadapi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah :

a. Hambatan dari keluarga :

1) Pendidikan keluarga yang rendah.

2) Keterbatasan sumber daya keluarga (keuangan, saran dan prasarana)

3) Kebiasaan-kebiasaan yang melekat.

4) Sosial budaya yang tidak menunjang.

b. Hambatan dari perawat :

1) Saran dan prasarana yang tidak menunjang seperti transportasi.

2) Kondisi alam (geografi yang sulit).

3) Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)

4) Keterbatasn pengetahuan perawatan tentang kultur keluarga.

7. Prinsip - prinsip perawatan keluarga

Prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, yaitu :

a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

b. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.

c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.

d. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan.

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

f. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.

g. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.

h. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar / perawatan rumah.

j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi. (Effendy,1998 : 44)

C. KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengurangi dan menentukan masalah kesehatan dan perawatan, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dievaluasi mutu dan hasil asuhan yang dilaksanakan terhadap keluarga. (Effendy 1998 : 46)

Adapun tahap-tahap proses keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk mengukur keadaan pasien atau keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial. Yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.

Adapun norma yang digunakan untuk menemukan status kesehatan keluarga adalah :

a. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

b. Keadaan rumah dan lingkungan yang membawa kepada peningkatan kesehatan keluarga.

c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan

Tahap pengkajian terdiri atas :

a). Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

1) Wawancara : Pengamatan terhadap hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan dan sebagainya.

2) Pengamatan : Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

3) Study dokumentasi : Studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya kartu menuju sehat (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.

4) Pemeriksaan fisik : Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik; kehamilan, kelainan organ dan tanda-tanda penyakit.

Data – data yang dikumpulkan meliputi hal-hal :

1) Idetitas keluarga

2) Riwayat kesehatan keluarga, baik yang sedang dialami maupun yang pernah dialami

3) Anggota keluarga

4) Jarak antara lokasi rumah dengan fasilitas kesehatan yang ada.

5) Keadaan keluarga meliputi : biologis, psikologis, sosial, cultural, spiritual, lingkungan dan data penunjang lainnya.

b). Analisa Data

Dapat melihat perkembangan kesehatan keluarga, perlu menggunakan 3 norma untuk membuat analisa.

1). Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.

a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.

b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

c) Keadaan gizi anggota keluarga

d) Status imunisasi anggota keluarga

e) Kehamilan dan keluarga berencana

2). Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

a). Rumah : ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya

b). Sumber air minum

c). Jamban keluarga

d). Tempat pembuangan air limbah.

e). Pemanfaatan pekarangan dan sebagainya

3). Karakteristik keluarga

a). Sifat keluarga

b). Dinamika dalam keluarga

c). Interaksi antar anggota keluarga

d). Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.

e). Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

c). Perumusan Masalah.

Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut.

Perumusan masalah kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Disamping melalui diskusi-diskusi diantara perawat dengan mempertimbangkan situasi dan sumber daya yang ada pada keluarga.

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu :

1). Ancaman kesehatan : adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah:

a). Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes mellitus, hipersentivitas dan sebagainya.

b). Keluarga/anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti TBC, hepatitis, dan sebagainya

c). Kekurangan atau kelebihan gizi dari anggota keluarga.

d). Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga.

e). Sanitasi lingkungan buruk.

v Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.

v Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum

v Tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.

v Polusi udara

f). Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan,

v Hygiene personal kurang.

v Merokok

v Tidak memakai alas kaki

v Kebiasaan makan daging mentah

2). Kurang atau tidak sehat ; adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk didalamnya adalah :

v Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum di diagnosa

v Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.

3). Situasi krisis ; adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :

v Perkawinan

v Kehamilan

v Menjadi orang tua

v Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir

v Kehilangan pekerjaan

v Pindah rumah

4. Diagnosa Keperawatan

a. Pengertian t

Respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian.Sedangkan masalah potensial masalah yang mungkin timbul dikemudian hari ( Mubarak,dkk, 2005: hal: 8J )

b. Komponen diagnosa keperawatan

1) Masalah ( Problem )

Adalah pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga dan individu atau anggota keluarga.

2) Penyebab ( Etiologi )

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah yang mengacu pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

3) Tanda ( Sign )

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat baik secara langsung maupun tidak langsung yang mendukung masalah atau penyebab ( Suprajitno, 2004 : hal : 42 )

c. Typologi Diagnosa keperawatan

1) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dan perawatan yang cepat

2) Diagnosa Resiko/tinggi adalah masalaah keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi ke masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat penanganan

3) Diagnosa Potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan ( Suprajitno, 2004: Hal: 43 ).

d. Prioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah menetukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah sebagai berikut :

1). Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.

2). Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.

3). Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.

4). Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

5). Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan / keperawatan keluarga.

6). Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

Kriteria prioritas masalah

Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan kepada beberapa kriteria, sebagai berikut :

1). Sifat masalah, dikelompokkan menjadi :

v Ancaman kesehatan

v Keadaan sehat dan kurang sehat.

v Situasi krisis

2). Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.

3). Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.

4). Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal besarnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

Skala prioritas dalam menyusun masalah keperawatan

Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas seperti yang terlihat dalam tabel 3 berikut ini

Tabel 3. Skala penyusunan keluarga sesuai dengan prioritas.

No

Kiteria

Skor

Bobot

1.

Sifat Masalah

Skala :

Tidak / kurang sehat

Ancaman kesehatan

Krisis

3

2

1

1

2.

Kemungkinan masalah dapat dirubah.

Skala :

Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2

3.

Potensi masalah untuk dicegah

Skala :

Tinggi

Cukup

Rendah

3

2

1

1

4.

Menonjolnya masalah

Skala :

Masalah berat harus ditangani

Masalah yang tidak perlu segera ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

0

1

Sumber : Effendy, 1998 Hal : 53

Skoring :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

2. Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor X Bobot

Angka Tertinggi


3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4. Skor tertinggi adalah 5, dan semua untuk seluruh bobot

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas :

1). Sifat masalah, dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling besar diberikan kepada pertumbuhan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia, kemudian baru diberikan kepada hal – hal yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi kritis dalam keluarga dimana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga.

2). Kemungkinan masalah dapat dirubah, faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dapat dirubah adalah :

v Pengetahuan, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

v Sumber daya keluarga, seperti keuangan, tenaga, sarana, dan prasarana.

v Sumber daya perawatan diantaranya adalah, pengetahuan, keterampilan, dan posyandu.

v Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti posyandu, puskesmas dan sebagainya.

3). Potensi masalah untuk dicegah, hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah :

v Kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah.

v Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah masalah yang menimpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.

v Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah dan memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.

v Adanya kelompok risiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

2. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi :

Ciri – ciri rencana perawatan keluarga adalah :

v Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi.

v Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan pikiran yang logis.

v Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.

v Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi.

v Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai kekurangan.

v Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan.

a. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui :

v Memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan.

v Membantu keluarga melihat situasi dan akibat situasi tersebut.

v Mengkaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga

v Mengembangkan sifat positif dalam keluarga

b. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan

v Merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila mereka tidak mengambil tindakan.

v Memperkenalkan kepada keluarga tentang alternaif yang dapat mereka pilih dan sumber – sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan.

v Merundingkan dengan keluarga akibat dari tindakan atau kemungkinan efek yang mungkin timbul.

c. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat.

v Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

v Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan kepribadian para anggotanya.

v Membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah dengan menolong keluarga memperbaiki yang sudah ada.

v Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling pengertian yang mendalam.

v Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan psikologis para anggotanya.

v Mencegah rintangan-rintangan dalam mengadakan rujukan

v Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sumber-sumber daya yang ada di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pad keluarga didasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu perhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga adalah :

v Sumber daya keluarga (keuangan)

v Tingkat pendidikan keluarga

v Adat istiadat yang berlaku

v Respon dan penerimaan keluarga

v Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

4. Evaluasi / Penilaian

Penilaian merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :

v Tujuan tidak realistis

v Tindakan keperawatan yang tidak tepat.

v Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar