Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep retinoblastoma

A. Pengertian
o Retinoblastoma adalah tumor ganas retina atau syaraf mata yang paling sering terjadi pada masa anak-anak, dan terbanyak mengakibatkan kebutaan sampai dengan kematian. Penyakit ini menyerang pada anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, namun pada beberapa kasus dapat dijumpai hingga usia 7 tahun.
o Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata yang peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun.
Retinoblastoma menjadi salah satu penyebab kematian pada anak yang cukup signifikan, apalagi jika orang tua tidak mewaspadai gejala awalnya. Jika gejala awal ditemukan, dengan pengobatan memadai, kanker mata ini bisa disembuhkan, meskipun kadang-kadang harus mengorbankan sebelah mata

B. Stadium
Stadium retinoblastoma intraokuler :
Stadium I : Tumor masih terbatas pada retina
Stadium II : Tumor terbatas pada bola mata
Stadium III : Terdapat perluasan ekstraokular regional, baik yang melampaui ujung n. opticus yang dipotong saat enukleasi atau ke dalam isi orbita.
Stadium IV : Ditemukan metastasis jauh kedalam otak atau penyebaran hematogen ke tulang dan sum-sum tulang.

C. Etiologi
Penyebab retinoblastoma ada dua yakni genetik dan lingkungan. Penyebab retinoblastoma dari lingkungan hingga kini belum bisa dipastikan. Ada indikasi bahwa retinoblastoma disebabkan tidak adanya gen yang berfungsi sebagai penekan kanker (Rb1). Gen ini bersifat diturunkan. Penyakit ini sebagian disebabkan oleh keturunan atau faktor genetic.

D. Manifestasi Klinis
Symptoms
The most common symptom of retinoblastoma is leukocoria. Leukocoria results when the pupil reflects a white color rather than the normal black or red color that is seen on a flash photograph. It is often most obvious in flash photographs; since the pupil is exposed to a lot of light and the duration of the exposure is so short, the pupil does not have time to constrict. Children with retinoblastoma can also have problems seeing and this can cause them to appear cross-eyed (strabismus). People with retinoblastoma may also experience red, painful, and irritated eyes, inflamed tissue around the eye, enlarged pupils, and possibly different-colored eyes.
Tanda retinoblastoma yang paling banyak dijumpai adalah terlihatnya manik atau pupil mata berwarna putih (lekokoria) dan mata kucing, yaitu mata tampak berpendar kekuningan di tempat gelap. Juling juga menjadi tanda tumor mata karena sel tumor berada di saraf mata. Mata yang menonjol menunjukkan telah terjadi penyebaran sel tumor ke saraf optik.
Gejala yang umum terjadi pada retinoblastoma :
- Pupil berwarna putih
- Mata juling (strabismus).
- Mata merah dan nyeri
- Gangguan penglihatan
- Iris pada kedua mata memiliki warna yang berlainan
E. Faktor resiko
Tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan.
Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua.
F. Pathofisiologi
Retinoblastoma terjadi akibat abnormalitas kromosom 13, yaitu tidak terdapatnya gen penekan tumor. Akibatnya akan tumbuh tumor. Tumor biasanya tumbuh pada bagian posterior retina. Terdiri dari sel ganas kecil, bulat padat dengan sedikit sitoplasma. Pada awalnya ia tumbuh dari retina atau syaraf mata dan membesar di dalam bola mata sampai penuh. Selanjutnya menyebar keluar mata secara mekanik maupun diikuti kelenjar getah bening ke rongga mata atau orbita dengan menunjukkan gejala pembesaran dan penonjolan. Pertumbuhan intraocular lebih umum terjadi. Tumor intraocular timbul dari lapisan inti dalam, lapisan serabut saraf atau lapisan ganglion retina. Tampak keputihan dengan pembuluh-pembuluh darah di bawah permukaan. Pertumbuhan tumor bergantung pada nutrisi untuk tumor. Jika sudah tidak mencukupi, sel-sel tumor akan terlepas dan berada di cairan bola mata. Mata akan terlihat seperti radang dan tekanan pada bola mata meningkat. Mata anak tampak merah dan terasa sakit. Lambat laun terlihat samar di tengah-tengah mata berwarna kuning mengkilat yang awam disebut mata kucing di malam hari. Akibatnya mata anak bisa juling. Biasanya anak sering mengeluh satu penglihatannya kabur, tajam penglihatan anak sudah nol, atau telah mengalami kebutaan, Jika tidak segera dilakukan pengangkatan bola mata, maka tumor akan tumbuh ke luar bola mata melalui saraf mata atau lapisan dinding bola mata (sklera). Akibatnya mata menonjol keluar (ekstraokular)













Pathway :






























G. Penatalaksanaan
Penanganan retinoblastoma stadium awal bisa dilakukan melalui radioterapi dan cryoterapi. Pada kondisi begitu, masih mungkin anak tak sampai kehilangan bola mata. Kemoterapi bisa juga dilakukan jika masih di stadium awal guna menyelamatkan bola mata sehingga bisa melihat lagi. "Namun, jika sudah masuk stadium akhir, mau tak mau harus dilakukan enukleasi untuk pengangkatan bola mata.
Setelah bola mata yang sakit dienyahkan, bukan berarti masalah selesai. Anak harus rajin menggunakan bola mata buatan. Selain itu, anak harus rutin kontrol, setidaknya setiap 2-4 bulan.
Penatalaksanaan retinoblastoma :
• Pengobatan tergantung kepada ukuran dan lokasi tumor.
• Tumor yang kecil bisa diobati dengan bedah laser.
• Terapi penyinaran dan kemoterapi digunakan pada tumor yang telah menyebar ke luar mata.
• Jika kanker tidak memberikan respon terhadap pengobatan, mungkin perlu diangkat.
Jika kanker hanya menyerang satu mata, maka keseluruhan bola mata diangkatbersamaan dengan sebagian nervus optikus.
• Jika kanker menyerang kedua mata, digunakan teknik bedah mikro khusus untuk mengangkat atau menghancurkan tumor, sehingga kedua mata tidak harus diangkat. Atau salah satu mata diangkat dan pada mata yang lainnya dilakukan terapi penyinaran atau bedah mikro (untuk mengendalikan tumor).
• Pemeriksaan mata dilakukan setiap 2-4 bulan.
• Jika kanker kembali kambuh, kemoterapi bisa diulang




H. Pencegahan
Jika di dalam keluarga terdapat riwayat retinoblastoma, sebaiknya mengikuti konsultasi genetik untuk membantu meramalkan resiko terjadinya retinoblastoma pada keturunannya.

I. Komplikasi
Bila tidak dilakukan tindakan secepatnya ia akan menyebar kedalam rongga otak melalui terowongan syaraf mata dan merusak rongga otak, atau menyebar melalui kelenjar getah bening ke paru-paru, sumsum tulang belakang, ginjal, hati, limpa, dll.

J. Prognosis
Individuals with intraocular retinoblastoma who do not have trilateral retinoblastoma usually have a good survival rate with a 90 percent chance of disease-free survival for five years. Those with extraocular retinoblastoma have less than a 10 percent chance of disease-free survival for the same amount of time. Trilateral retinoblastoma generally has a very poor prognosis. Patients with trilateral retinoblastoma who receive treatment have an average survival rate of approximately eight months, while those who remain untreated have an average survival rate of approximately one month. Patients with trilateral retinoblastoma who are asymptomatic at the time of diagnosis may have a better prognosis then those who experience symptoms.
Patients with an inherited form of unilateral retinoblastoma have a 70 percent chance of developing retinoblastoma in the other eye. Retinoblastoma reoccurs in the other eye in approximately 5 percent of people with a non-inherited form of retinoblastoma, so it is advisable for even these patients to be closely monitored. People with an inherited form of retinoblastoma who have not undergone radiation treatment have approximately a 26 percent chance of developing cancer in another part of the body within 50 years of the initial diagnosis. Those with an inherited form who have undergone radiation treatment have a 58 percent chance of developing a secondary cancer within 50 years after the initial diagnosis. Most of the secondary cancers are skin cancers, bone tumors (osteosarcomas), and soft-tissue sarcomas. Soft-tissue sarcomas are malignant tumors of the muscle, nerves, joints, blood vessels, deep skin tissues, or fat.
Angka kelangsungan hidup menyeluruh penderita retinoblastoma adalah 85% kematian disebabkan oleh penyebaran intracranial atau metastasis. Pasien dengan stadium I atau II memiliki kemungkinan bertahan lebih dari 90%, dan stadium III 70%. Dari hasil seluruh laporan hamper tak ada atau sedikti sekali penderita stadium IV yang dapat bertahan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
c. Pemeriksaan fisik, terutama pada daerah mata dalam keadaan pupil melebar.
d. Vital sign
e. Pemeriksaan Penunjang
• CT scan kepala
• USG mata (ekoensefalogram kepala dan mata)
• Pemeriksaan cairan serebrospinal

B. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan peradangan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya tekanan pada bola mata.
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penonjolan bola mata (tumor).

C. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan peradangan.
Tujuan :
Hipertermi dapat teratasi dengan criteria hasil :
• Suhu tubuh dalam rentang normal.
• Nadi dan RR dalam rentang normal.
• Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing.
No. Intervensi Rasional Evaluasi
1.

2.


3.

4. Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforesis.
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,sesuai indikasi.
Berikan air hangat; hindari penggunaan alkohol
Berikan anti piretik,misalnya ASA (aspirin),asetaminofen (tilenol).
• Mengetahui suhu badan kilen setiap saat.
• Suhu lingkungan mempengaruhi suhu badan klien.
• Kompres air hangat lebih efektif, mencegah menggigil.
• Antipieretik sangat membantu menurunkan panas, perlu penanganan yang adekuat.
Pasien tidak panas, menggigil/diaforesis


2. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya tekanan padea bola mata.
Tujuan :
Nyeri pada kilen dapat tertasi, dengan criteria hasil :
• Klien merasa nyaman.
• Klien tidak merasakan nyeri kembali.
No. Intervensi Rasional Evaluasi
1.

2.

3.
4. Kaji nyeri ( meliputi lokasi, intensitas, skala, frekuensi dan durasi )

Mengatur posisi.

Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
( tehnik nonfarmakologi)

Kolaborasi pemberian analgetik. - memberikan informasi untuk pemberian intervensi yang tepat.
- Memberikan kenyamanan pada klien
- Klien berpartisipasi aktif dan menaikkan rasa kontrol.
- Perlu pengobatan yang adekuat. Rasa nyeri pada klien dapat teratasi, klien merasakan nyamandan nyeri hilang.

3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penonjolan bola mata (tumor).
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan yang lebih parah, mencegah terjadinya komplikasi,dengan criteria hasil tidak terjadi iritasi.
No. Intervensi Rasional Evaluasi
1.


2.
3.

4.

5. Kaji adanya iritasi atau kemerahan pada sekitar bola mata.
Berikan perawatan pada bola mata dengan tekhnik aseptik.
Pastikan pinggir bola mata tetap kering.
Bersihkan bola mata sampai bersih dengan air hangat.
Menjaga suhu dan kelembaban lingkungan. - Mengetahui adanya iritasi, untuk dapat memberikn intervensi yang tepat.
- Mencegah terjadinya infeksi.
- Mencegah terjadinya lecet atau iritasi, dan menjaga kelembaban.
- Dapat melihat tanda iritasi dan infeksi.
- Dapat mempengaruhi terjadinya iritasi. Tidak terjadi iritasi dan infeksi pada klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar