Powered By Blogger

Sabtu, 24 Juli 2010

askep hepatitis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Definisi

Hepatitis adalah inflamasi hati yang terjadi karena invasi bakteri cedera oleh agen fisik atau kimia (Non – Viral) atau infeksi virus (Hepatitis A,B,C,D,E).(Doengoes, 2000: hal 534).

Hepatitis virus adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Pada saat ini di kenal lima macam hepatitis yang disebabkan oleh virus yaitu hepatitis A, Non-B, Hepatitis Delta, Hepatitis E.

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B desebabkan oleh virus hepatitis B, hepatitis Non A & Non B disebabkan oleh virus hepatitis Non A & Non B, tetapi pada saat ini hepatitis Non A & Non B diketahui merupakan hepatitis pasca transfusi yang paling sering dijumpai. Kira – kira sebanyak 80 %, sekarang para ahli menyepakati penggantian hama virus hepatitis Non A & Non B dengan nama virus hepatitis C. Hepatitis Delta disebabkan oleh hepatitis delta. Virus hepatitis delta belum ditemukan di Indonesia. Hepatitis E belum diketahui banyak tentang perjalanan penyakitnya.

Kelima jenis hepatitis itu menimbulkan gejala yang hampir sama dan hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan darah laboratorium.

Indonesia menurut organisasi kesehatan dunia termasuk daerah hepatitis B yang endemis (ada sepanjang tahun), dengan tingkat penderita sedang dan berat.

Djakarta menurut Wihara dan kawan – kawan dari 20 ibu hamil ternyata 1 diantaranya mengandung virus hepatitis B dalam daerahnya (carier) dan virus itu mempunyai daya tular yang tinggi. (E.Oswari,2003,Hal 102 – 103).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata – rata 1500 gr atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri oleh fisura sigmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar.

Dibawah peritonium terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan Kapsula Gipson, yang meliputi seluruh permukaan organ. Kapsula ini pada hilus atau porta hepatis dari permukaan inferior. Melanjutkan diri ke dalam masa hati, membentuk rangka untuk cabang. Cabang vena vorta arteri hepatica dan saluran empedu.( Sylvia, 426).

Hati terbagi menjadi struktur – struktur yang dinamakan lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng – lempeng sel hati membentuk kubus tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara sel lempeng hati terdapat kapiler yang dinamakan sinosoid yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatica.

Sinosoid yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatica.

Sinosoid di batasi oleh sel fagosit antara sel kuffer yang merupakan sistem monosit makrofag dan fungsi utamanya menelan bakteri dan benda – benda asing lainnya dalam darah. Jadi merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terdapat invasi bakteri dan agen toksik.

Hati mempunyai dua sumber suplay darah dari saluran cerna dan limfa melalui vena porta dan dari aorta melalui arteri hepatica sekitar sepertiga darah yang masuk dalam darah dari vena porta. Volume darah endogen dan eksogen. Fungsi detoksikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim – enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat – zat yang dapat berbahaya dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.

Akhirnya fungsi hati adalah sebagai “ruang pengapung “ atau “saringan “ karena letaknya yang stretegis antar usus dan sirkulasi umum. Pada payah jantung kanan hati menjadi membengkak pasif oleh banyaknya darah. Sel kuffer pada sinosoid menyaring bakteri darah portal dan bahan – bahan yang membahayakan dengan cara fagositosis.

C.ETIOLOGI

Penyebab dari hepatitis belum diketahui dengan pasti, kemungkinan penyebab dari hepatitis karena pernah ada riwayat kontak dengan penderita Hepatitis melalui suntikan tato, perawatan gigi, transfusi homoseksual, atau dari akibat mengkonsumsi obat- obatan yang dapat memperberat kerja hati.

D.KLASIFIKASI

Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab, yaitu :

a. Virus hepatitis A

b. Virus hepatitis B

c. Virus hepatitis C

d. Virus hepatitis D

e. Virus hepatitis E

Walaupun kelima agen ini dapat di bedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan subklinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal.

E. PATOLOGI

Perubahan morfologi pada hati sering kali serupa untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak normal, tetapi kadang – kadang sedikit edema, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologik terjadi susunan hepatoselular menjadi kacau, cedera dan nekrosis sel hati, dan peradangan perifer. Perubahan ini reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda.

F. MANIFESTASI KLINIK

Infeksi virus hepatitis dapat bervariasi mulai dari gagal hati berat sampai hepatitis an ikterik subklinis.

1. Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.

2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu, ikterus mula- mula terlihat pada sklera. Kemudian pada kulit seluruh tubuh, keluhan- keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.

3. Stadium pasca ikterik ( Rekonvelesensi) ikterus merata. Warna urin dan tijna menjadi normal lagi – penyembuhan pada anak- anak lebih cepat dari orang dewasa yaitu pada akhir bulan kedua. Karena penyebab yang biasanya berbeda.

Gambar klinis hepatis bervariasi mulai dari yang tidak merasakan apa – apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit saja sampai keadaan yang berat, bahkan koma dan kematian dalam beberapa hari saja.

Pada golongan hepatitis inapparent tidak ditemukan gejala, hanya diketahui bila dilakukan pemeriksaan pada hati. Peningkatan serum transaminase dan biopsi menunjukkan kelainan.

Pada hepatitis anikterik keluhan sangat ringan dan samar-samar umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinemia. Urin secara Makroskopik berwarna seperti teh tua dan apabila di kocok dan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan.

Bentuk hepatis akut yang ikterik paling sering ditemukan dalam klinis. Biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira – kira 8 minggu.

Hampir semua hepatitis fulminan mempunyai prognosis jelek. Kematian biasanya terjadi dalam 7-10 hari sejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terdapat gangguan neurologi. Fetor hepatik. Dan muntah – muntah yang persisten. Terdapat demam dan ikterus yang menghebat dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan di dapatkan hati yang mengecil, purpura dan perdarahan saluran cerna.

Pada hepatitis persistem tidak terdapat kemajuan dan periode akut dan seluruh perjalanan penyakit. Penurunan bilirubin dan transaminase terjadi perlahan – lahan. Pasien masih mengeluh lemah dan cepat lelah. Meskipun nafsu makan telah membaik.

Pekerjaan fisik akan memperburuk hasil pemeriksaan fungsi hati. Golongan ini akan sembuh dalam waktu antara 4-2 tahun.

Adapula bentuk hepatitis yang sub akut atau submassive hepatic Necrosis yang perjalanan penyakitnya progresif. Pemeriksaan biokimia lebih menunjukkan tanda – tanda obstruksi dengan peninggian fosfatase alkali dan kolesterol dalam serum. Sesudah masa ikterus yang lama, biasanya pasien akan sembuh dalam waktu 12 bulan.

Pada hepatitis kolangitik, ikterusnya hebat diserta pruritus – biasanya berlangsung lebih dari 4 minggu. Sedangkan pada sindroma, pascahepatis, beberapa pasien, terdapat keluhan – keluhan subyektif menetap seperti anoreksia, lemah, perasaan tidak enak diperut atau gangguan pencernaan atau berat badan yang tidak naik. Pemeriksaan fugsi hati biasanya sudah kembar normal.(Aesculapius, 2001 : Hal 513 –514).

F. PENCEGAHAN

Pencegahan hepatitis virus adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu – satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi / tetapi pada saat ini baru ada vaksin heptitis B saja. Karena memang hepatitis B sajalah yang paling banyak di selidiki baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun komplikasinya.

Untuk hepatitis virus jenis lain dapat diberikan gamma globulin ini tidak khusus untuk virus tertentu saja.

Saat ini diseluruh dunia terdapat 200 juta orang mengidap hepatitis B yang tidak merupakan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat.

Agar tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinasi dasar sebanyak tiga kali vaksinasi hepatitis B mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksin yang dipakai.

Ada dua macam vaksin hepatitis virus B yaitu vaksin yang dibut dari darah manusia yang telah kebal hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin yang dibuat dari darah manusia kebal hepatitis disuntikkan kepada orang sehat sebulan tiga kali, sedangkan vaksin hepatitis B yang direkayasa dari sel ragi di beri kepada penderita sebulan sekali banyak dua kali, lalu suntikan ketiga baru di beri lima bulan kemudian.

Untuk memperkuat kekuatan yang telah ada, vaksinasi penguat. Caranya bermacam – macam ada vaksin yang perlu diulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi. Selanjutnya setiap lima tahun sekali, ada pula jenis vaksinasi yang perlu di beri langsung setiap 5 tahun sekali saja.

Vaksin hepatitis B sebaiknya di gunakan sedini mungkin, bayi yang lahir dari ibu mengidap penyakit hepatitis B, harus divaksinasi. Hepatitis B segera lahir, sedangkan bayi lahir diberi setelah berumur sebulan.

G. PENGOBATAN

Sampai saat ini belum ada pengobatan untuk kelima macam Hepatitis virus yang disebutkan diatas.

Pengobatan hepatitis virus pada umumnya terdiri dari 3 langkah pengobatan, yaitu :

1. Istirahat

2. Pengaturan makanan

3. Obat – obatan.

Penderita hepatitis virus perlu istirahat yang cukup banyak agar pertahanan tubuh menjadi lebih baik. Sebaiknya penderita di rawat di rumah sakit, tujuanya selain agar penderita dapat betul – betul istirahat juga untuk mencegah penularan diatara penghuni rumah, karena virus hepatitis terdapat di air seni, tinja dan keringat penderita yang dapat menular pada seluruh penghuni rumah.

Bila keadaan penderita tidak terlalu parah dan penderita ingin di rawat di rumah sendiri di jaga agar penderita tetap tiduran di tempat tidur, kecuali bila akan buang air kecil atau buang air besar. Disamping itu kebersihan pribadi penderita harus tetap di perhatikan

Untuk mencegah terjadinya penularan terhadap penghuni rumah yang tinggal bersama penderita, sebaiknya di beri vaksinasi hepatitis B secepat mungkin kepada seluruh isi rumah.

Makan penderita harus dijaga agar tetap bergisi, karena itu pemberian makanan tidak terlalu di batasi, tetapi disesuaikan dengan selera penderita. Lemak hanya di batasi penderita merasa mual dan muntah.

Obat – obatan yang diberikan lebih banyak di anjurkan untuk memperbaiki fungsi hatinya dan menjaga agar daya badan tetap tinggi karena pada saat ini obat pembunuh virus belum tersedia. (E. Oswani 2003: hal 105).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HEPATITIS.

Pada sub program ini penulis akan menguraikan tentang proses keperawatan sebagai dasar dari pelayanan profesional.

Proses keperawatan adalah metode pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah dan melaksnakan asuhan keperawatan digunakan suatu pendekatan proses perawatan yang terdiri dari langka – langka ilmiah yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Yang kesemuanya saling berkesinambungan dan dalam prakteknya dilaksanakan pada semua tingkat usia dengan berbagai kondisi.

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan, dimana data dikumpulkan :

Menurut Doengoes (2000 : hal : 534): bahwa data dasar yang dapat di temukan pada klien dengan hepatitis sebagai berikut :

a. Aktivitas / istirahat, gejalanya, yaitu kelemahan, kelelahan, malaise umum.

b. Sirkulasi, tandanya yaitu bradikardia, ikterik pada sklera, kulit membran mukosa

c. Eliminasi, gejalanya yaitu urin gelap, diare / konstipasi, feses warna, tanah liat, adanya hemodialisa.

d. Makanan / cairan, gejalanya yaitu hilang nafsu makan, penurunan berat badan atau menignkat (edema), mual dan muntah. Tandanya yaitu asites.

e. Neurosensori, tandanya yaitu peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

f. Nyeri / kenyamanan, gejalanya yaitu kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran atas, mialgia, antralgia, sakit kepala, gatal (pruritus) tandanya yaitu otot tegang dan gelisah.

g. Pernafasan / gejalanya yaitu tidak minat / enggan merokok pada perokok.

h. Keamanan / gejalanya yaitu adanya tranfusi darah / produk darah tandanya yaitu demam, splenomegali.

i. Seksualitas, gejalanya yaaitu pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh homoseksual aktif / Biseksual pada wanita).

j. Pemeriksaan Diagnostik, meliputi biopsi hati, SGOT, SGPT, feses, gula darah, leukopenia, diferensial, darah lengkap, foto abdomen.

2. PENYIMPANGAN KDM

3. ANALISA DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tahap kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagai analisis dan juga identifikasi masalah atau diagnosa keperawatan.

Lebih spesifik, identifikasi masalah adalah suatu proses analisis data dengan menggunakan penentuan diagnosa atau suatu bentuk penilaian klinik di mana pertimbangan, keputusan dan keseimbangan di buat tentang makna dari data yang sudah dikumpulkan dalam upaya untuk menentukan apakah ada atau tidak intervensi keperawatan yang diperlukan.

Analisa adalah proses pemeriksaan dan mengkategorikan informasi untuk mendapatkan sebuah kesimpulan tentang kebutuhan pasien.

Jadi analisa data pasien dengan fungsi hati dan pasien dengan kasus lain tidak ada perbedaan.

Menurut Doengoes (2000 : hal 532 – 542), beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit hati diantaranya adalah :

  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan / ketahanan, nyeri.
  2. Perubahan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
  3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang diakibatkan karena, diare, perpindahan area ke tiga.
  4. Harga diri rendah berhubungan dengan isolasi,sakit lama, / periode penyembuhan.
  5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat dan malnutrisi.
  6. Resiko terhadap kerusakan integritas jaringan kulit yang berhubungan dengan zat kimia / akumulasi garam empedu dalam jaringan.
  7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

3. PERENCANAAN

a. Diagnosa intoleransi aktivitas

Tujuan :

- Menyatakan pemahaman situasi / faktor dan program pengobatan individu

- Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas melaporkan kemampuan melakukan peningkatan intoleransi aktivitas.

INTERVENSI

RASIONAL

- Tingkatkan tirah baring / dudukj berikan lingkungan tenag, batasi pengunjung sesuai keperluan

- Meningkatkan istirahat dan ketenangan , menyedikan energi di gunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah ke kaki. Dan mencegah sirkulasi optimal ke sel hati

- Ubah posisi dengan sering berikan perawatn kulit yang baik

- Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kekurangan jaringan

-Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

- Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat

-Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress.

a. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.

-Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.

- Menunjukkan kurangnya resolusi / eksaserbasi penyakit. Memerlukan istirahat lanjut.

b. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan :

a. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan yang sesuai

b. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda mal nutris.

- Awasi pemasukan diet atau jumlah kalori

- makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari. Membuat masukan makanan yang sulit pada malam hari.

- Berikan perawatan mulut sebelum makan

- Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan

- Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

- Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan

- Dorong pemasukan sari jeruk, minum karbonat dan permen berat sepanjang hari

- Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah di cerna

- Konsulkan pada ahli diet untuk memberikan sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.

- Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu, metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan mengeluarkan empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare bila toleran, masukan normal atu lebih protein bisa membantu regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat karena akumulasi produk akhir metabolisme protein dapat mencetuskan hepatik ensepalofati.

c. Diagnosa resiko kurangnya volume cairan

Tujuan :

- Mempertahankan gidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil. Turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat, haluaran urine individu sesuai.

INTERVENSI

RASIONAL

- Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian

- Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi

- Kaji tanda – tanda vital

- Indikator volume sirkulasi / perpusi

- Periksa asites atau pembentukan edema

- Menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan

- Biarkan pasien penggunaan lep katun / spon dan membersihkan mulut

- Observasi tanda perdarahan

- Menghindari trauma dan perdarahan gusi

- kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi memanjang bila observasi vitamin K terganggu pada traktus G I dan sintesis protrombin menurun karena pengaruh hait.

d. Diagnosa harga diri rendah

Tujuan :

a. Mengidentifikasi perasaan dan intake untuk koping terhadap persepsi diri negatif.

b. Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan ataukebutuhan isolasi

c. Mengatur diri sebagai sebagai orang yang berguna, bertanggung jawab pada diri sendiri.

INTERVENSI

RASIONAL

- Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi perasaan atau masalah

- Menyediakan waktu peningkatan hubungan saling percaya. Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan defresi dan memudahkan perilaku koping positif.

- Hindari membuat penilaian normal tentang pola hidup ( penggunaan alkohol atau praktek seksual).

- Pasien merasa marah atau kesal dan menyalahkan diri. Penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.

- kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien

- Masalah transial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga atau penyumbatan lama.

d. Tawarkan aktivitas tenggang berdasarkan tingkat nyeri.

e. Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru atau hitam dan pada kuning atau hijau.

- Menganjurkan pasien untuk menggunakan waktu dan energi pada cara konstruksi yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan defresi.

- Meningkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas dengan warna kuning atau hijau. Ikterik biasanya memuncak dalam 1-2 minggu kemudian secara bertahap membaik lebih dari 2-4 minggu.

e. Diagnosa resiko infeksi

Tujuan :

- Menyatakan pemahaman penyebab individu atau faktor resiko

- Menunjukkan tehnik, melakukan perubahanpada hidup untuk menghindari infeksi ulang atau transfusi ke orang lain.

INTERVENSI

RASIONAL

- Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi ikterik dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit, termasuk cuci tangan efektif

- Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain melalui cuci tangan efektif. Dalam mencegah transmisi virus tipe A (infeksi) di transmisikan melalui oral – rektal, ari, terkontaminasi , susu dan makan.

Tipe B (serum) ditransmisikan melalui pondok darah atau darah terkontaminasi.

- Batasi pengunjung sesuai indikasi

- Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial resiko komplikasi sekunder.

- Jelaskan isolasi pada pasien atau orang terdekat

- Pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma. Isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari timbulnya penyakit. Tergantung dari tipe atau lamanya gejala.

f. Diagnosa resiko terhadap kerusakan integritas kulit

Tujuan :

- Menunjukkan jaringan atau kulit utuh bebas ektoriasis

- Melaporkan tidak ada penurunan pruritus atau lecet.

INTERVENSI

RASIONAL

- Gunakan air mandi dingin dan soda kue, atau mandi kanji dan hindari sabun alakali

- Mencegah kulit kering berlebihan, memberikan penghilangan gatal

- Beri masase pada waktu tidur

- Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan iritasi kulit

- Anjurkan menggunakan buku – buku jari untuk menggaruk, pertahankan kuku jari terpotong pendek, anjurkan melepaskan pakaian ketat, berikan sprei katun lembut.

- Menurunkan potensial cedera kulit

- Hindari komentar tentang penampilan pasien

- Meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.

d. Diagnosa ansietas

Tujuan :

- Mengatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan

- Mengidentifikasi gubungan atau tanda gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab

- Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi dalam pengobatan.

INTERVENSI

RASIONAL

- Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan atau prognosis kemungkinan pilihan pengobatan dan pengobatan

- Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan atau salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan

- Berikan informasi khusus tentang pencegahan penularan penyakit

- Kebutuhan atau rekomendasi akan berpariasi karena tipe hepatitis

- Rencanakan mulai aktivitas sesuai dengan periode istirahat adekuat, pembatasan mengangkat berat, latihan keras atau olah raga.

- Ini tak perlu untuk menunggu sampai bilirubin serum kembali untuk memulai aktivitas (memerlukan waktu 2 bulan) tetapi aktivitas keras perlu di batasi sampai hati kembali keukuran normal

- Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih

- Aktivitas yang dapat dinikmati akan membantu pasien menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.

- Dorong kesinambungan diet seimbang.

- Meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses penyembuhan atau regenerasi jaringan.

- Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium

- Proses penyakit dapat memakan waktu berbulan – bulan untk membaik. Bila gejala ada lebih lama dan berbulan biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar