Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep OMA

BAB II
TINJAUAN TEORI


A. Pengertian
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah.
Otitis media akut adalah peradangan telinga bagian tengah yang terjadi kurang dari 6 minggu, biasanya terjadi pada anak-anak.

B. Etiologi
Bakteri piogenik seperti :
• Streptococcus hemolyticus
• Staphylococcus aureus
• Pneumokok
• Haemophilus Influenzae
• E. Coli
• S. Anhemolyticus
• P. Vulgaris dan
• P. Aeruginosa.

C. Manifestasi Kinis
o Kemerahan pada gendang telinga
o Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktifitas normal
o Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam sulit makan, mual dan muntah, serta rewel.
o Anak akan mengeluh sakit pada telinga dengan riwayat batuk pilek sebelumnya, anak biasanya demam.
o Gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
o Muntah
o Demam hingga 40,5° C.
o Gendang telinga menjadi peradangan yang menonjol.
o Sakit telinga yang berat menetap.

D. Anak lebih mudah terserang OMA
Anak lebih mudah terserang otits media dibandingkan orang dewasa karena beberapa hal :
 Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.
 Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horisontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ketelinga tengah.
 Adenoid (adenoid adalah salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

E. Prognosis
Penyembuhan spontan dari gendang telinga terjadi setelah perforasi pada umumnya.

F. Pemeriksaan
Biakan dan tetes sensitifitas dari pus ; SWAO, hasil yang paling baik adalah bila dilakukan miringotomi atau segera setelah perforasi gendang telinga.

G. Pathofisiologi
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran nafas atas. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran nafas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil.











H. Pathway OMA

infeksi saluran napas

menyebar ke telinga tengah

bakteri masuk

peradangan / infeksi

Pembengkakan

Sel darah putih menyerang

Penumpukan nanah dan lendir

Gangguan pendengaran sementara

Perubahan komunikasi




I. Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut :
1) Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2) Ditemukannya tanda efusi (efusi adalah pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut :
 Menggembungnya gendang telinga
 Terbatas atau tidak adanya gerakan gendang telinga
 Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga
 Cairan yang keluar dari telinga
3) Adanya tanda tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu diantara tanda berikut :
 Kemerahan pada gendang telinga
 Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam sulit makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang teling dengan jelas. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosenteisi antara lain adalah OMA pada bayi dibawah usia 6 minggu dengan riwayat intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut :

Tanda dan Gejala OMA Otitis media dengan efusi
Nyeri telinga, demam, rewel + -
Efusi telinga tengah + +
Efusi telinga suram + + / -
Gendang yang menggembung + / - -
Gerakan gendang berkurang - +
Berkurangnya pendengaran + +

J. Penatalaksanaan
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
• Stadium okulasi
Diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% untuk anak < 12 tahun HCL efedefrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
• Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Pada anak – anak diberikan ampisilin 4 x 50-100 mg/kg BB, amoksisilin 4 x 40 mg/kg BB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kg BB/hari.

• Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dantidak terjadi ruptur.
• Stadium Perforasi
Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
• Stadium Resolusi
Membran timpani berlangsung normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dianjurkan kembali sampai 3 minggu. Bila tetap mungkin telah terjadi mastoiditis.

Catatan:
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drinase sekret dari telinga tengah ke telinga luar. Tindakan bedah kecil ini harus dilakukan a vue (lihat langsung), pasen harus tenang dan dikuasai. Lokasi insisi di kuadran posterior inferior.
Operator harus memakai lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, corong telinga yang sesuai, serta pisau: parasentesis yang kecil dan steril. Dianjurkan untuk melakukannya dengan nekrosis umum memakai mikroskop.





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
 Kaji fisik
 Riwayat keluarga, terutama mengenai kerusakan pendengaran.
 Riwayat pranatal dan perinatal : tentang penyakit dan obat masa gestasi, tipe dan durasi, kelahiran, score apsgar, hipoksia, dan hiperbilirubinemia.
 Riwayat kesehatan : mengenai imunisasi, penyakit serius, kejang-kejang, demam tinggi, obat oksotoksik, dan infeksi telinga.
 Riwayat respon terhadap stimulus auditori, tes audiometrik sebelumnya.
 Riwayat perkembangan motorik, perawatan diri, dan perilaku adaptif.
B. Diagnosa
1) Hipertermi behubungan dengan proses penyakit.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
3) Perubahan sensori / persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan pendengaran.
4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan komunikasi.
C. Intervensi
1) Dx : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :
- Klien dapat mencapai status termoregulasi yang baik.
Kriteria hasil :
o Tanda-tanda vital dalam batas normal.
o Kulit tidak panas kemerahan
Intervensi :
 Penanganan demam
- Lakukan monitoring suhu secara kontinyu.
- Monitor warna dan suhu kulit.
- Monitor TD, nadi dan RR.
- Monitor intake dan output.
- Berikan antipiretik.
- Berikan cairan intravena.
 Pengaturan suhu
- Monitor suhu
- Monitor TD dan nadi.
2) Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Tujuan :
- Nyeri berkurang. Dengan indikator :
o Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri.
o Ps menyatakan nyeri berkurang.
o Ps mampu istirahat.
o Menggunakan teknik non farmakologik.
Intervensi :
 Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
 Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
 Evaluasi nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencarai dan menemukan dukungan.
3) Dx : Perubahan sensori / persepsi (auditorius) berhubungan dengan kerusakan pendengaran.
Tujuan :
- Anak dapat mendengar dengan baik.
Intervensi :
 Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat untuk menjamin keuntungan maksimal.
 Bantu anka berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan memberikan hal tersebut untuk memaksimalkan pendengaran.
 Untuk anak yang lebih besar, diskusikan metode pengamanan alat bantu untuk membuatnya tidak begitu menyolok di mata.
Hasil yang diharapkan :
- anak memerlukan dan menggunakan alat dengar dengan tepat.
4) Dx : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan komunikasi.
Tujuan :
- Dapat mencapai kemandirian optimal sesuai dengan usia.
Intervensi :
 Bantu keluarga mengalihkan praktik membesarkan anak normal pada anak ini untuk meningkatkan perkembangan optimal.
 Tekankan pentingnya memberikan kemandirian pada perawatan diri.
Hasil yang diharapkan :
o Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangan .
o Disiplin dan penyusunan batasan yang tepat dapat diberikan.

1 komentar:

  1. artikel yang bagus...
    kalau bisa ditambahkan diagnosa NANDA ya...
    terima kasih....

    BalasHapus