Powered By Blogger

Rabu, 21 Juli 2010

askep DIARE

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN

DENGAN KASUS DIARE


Disusun oleh :

Kelompok IV

J ……………..

J ……………

J ……………

J ……………

J …………..

AKADEMI KEPERAWATAN SALEWANGANG MAROS

YAPENAS 21

2007


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

A. Konsep Medis ..................................................................................

1. Definisi .......................................................................................

2. Etiologi .......................................................................................

3. Manifestasi Klinik ......................................................................

4. Anatomi.......................................................................................

5. Patofisiologi ...............................................................................

6. Klasifikasi ...................................................................................

7. diagnose penunjang ....................................................................

8. Penatalaksanaan .........................................................................

B. Konsep Keperawatan .......................................................................

1. Pengkajian ..................................................................................

2. Diagnosa Keperawatan ..............................................................

BAB III PENUTUP ..............................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Saran .................................................................................................

C. Daftar Pustaka ..................................................................................


KATA PENGANTAR


Tiada kata yang patut diucapkan pada lidah yang tak bertulang ini selain puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun tugas ini sampai selesai. Tugas yang dengan judul “Gangguan Pada Saluran Pencernaan dengan Penyakir Diare”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, baik dalam penulisan dan cara penkajian masalah. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempuraan tugas kami.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik moril ataupun material sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini, dan melalui kesempatan ini kami juga berterima kasih kepada:

1. Ir. Tamrin, selaku ketua Yapenas 21 Maros yang telah manaungi kami mahasiswa Akper.

2. Ke orang tua kami, yang telah memilihkan Akper Salewangan Maros sebagai sekolah kami.

3.

Para staf dan dosen Akper Salewangan Maros yang telah memberi izin untuk melakukan studi kami.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan nasional. Sehat itu meliputi kesehatan jasmani dan rohani dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit cacat atau kelemahan.

Salah satu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan adalah masalah penyakit menular dan penyakit tropik. Diare sebagai suatu penyakit menular yang dapat mewabah dengan cepat merupakan masalah yang penting yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Diare dapat disebabkan oleh bakteri, parasit dan virus dapat menyerang pada golongan usia bayi, anak-anak dan orang dewasa maupun orang yang berusia lanjut. Dimana diare ini tidak jarang menyebabkan kematian.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka kami menyusun bahan tugas ini mulai dari teori sampai ke tingkatan perawatan yang diberikan pada kasus tersebut.


B. Tujuan Penelitian

1. Tinjauan Umum

Untuk memperoleh gambaran umum pelaksanaan Askep klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan ciran dari elektrolit yang diagnosa medik diare dehidrasi.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian klien dengan gangguan pemenuhan cairan elektrolit.

b. Menetukan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit.

c. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

d. Mengevaluasi Askep dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

e. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

C. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada penulisan ini, kami menggunakan metode sebagai berikut

Studi Kepustakaan

Dalam studi kepustakaan ini, kami memperoleh informasi dari beberapa buku referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas se bagai dasar teotoris yang digunakan dalam penyusunan bahan semi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Medis

1. DEFINISI

a. Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x hari dengan tanpa darah atau lendir dalam tinja (Kapita selekta kedokteran, Jilid 2 2002)

b. Diare adalah peningkatan keenceran dan frekwensi tinja (buku saku patofisologi, 2002).

c. Diare/Menceret diartikan sebagai BAB dengan fases yang tidak berbentuk (unformed stolls atau cairan dengan frekwensi lebih dari 3x dalam 24 jam).

d. Diare adalah BAB (defekasi) dengan sejumlah tinja lebih banyak dari biasanya, dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair dapat pula disertai frekwensi defeksi yang meningkat (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 1, 2000).

f. Diare adalah BAB (defeksi) dengan tinja berbentuk cair dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (Normal 100-200 ml/jam tinja), (Hendarwanto, 1996 ; 491).

g. Diare adalah BABA dengan konsistensi enceran atau cair lebih dari 3x sehari.

h. Diare adalah keadaan frekwensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi, lebih 3 kali pada anak, konsistensi fases encer, dapat berwarna hijau atau lendir saja (Nagstiya, 1997)

i. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi BAB yang tidak biasa, juga dalam

j. berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan yang tidak normal dimana frekwensi BAB meningkat dengan konsistensi encer, atau setengah padat disertai ampas atau lendir biasanya berwarna hijau.

k. Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami BAB yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. (http:\\id. Wilkipedia.org/wiki/diare:2007).

2. ETIOLOGI

a. Virus

Merupakan penyebab diare akut terbayak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut :

1. Rotavirus serotype 1,2,3 dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 di dapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6 dan 7 di dapati hanya pada hewan.

2. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.

3. Astrovirus, di dapati pada anak dan dewasa

4. Adenovirus (type 40, 41)

5. Small bowel structured virus

6. Cytomegalvirus.

b. Bakteri

1. Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor variabel yang penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan enteroktosin (heat labile (HL) dan heat stabile (HS)) yang menyebabkan sereksi cairan dan elektrolit yang menghasilakan watery diarrhea. ETEC tidak menye babkan kerusakan brush border menginvasi mukosa.

2. Enterophaogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membrane mikro vili yang akan menggangu permukaan observasi dan aktivitas sisakaridase.

3. Enterroaggtegative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morvologi yang khas. Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peran.

4. Enterroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi di dalam sel epitel kolon.

5. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga shiga-like toxin ynag menimbulkan edema dan perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome.

6. Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi di dalam sel eptel kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk : smoot lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin (shiga toxin dan shinga-like toxin) yang bersivfat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea.

7. Compylobacter jejuni (helicobater jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, dom ba dan babi) atau dengan fases hewan melalui makanan yang terkontanisasi seperti daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C. jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksmin yang dihasilkan, yaitu :cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan hispatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.

8. Vibrio cholarae 01 dan V. cholaere 0139. Air atau makanan yang terkontanisasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan ini melalui person to person jarang terjadi. V. cholare melekat d an berkembang biak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Tokmsin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoxin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zunolar occludens toxin (ZOT). Kedua toxin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.

9. Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotosin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.

c. Protozoa

1. Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih belum jelas, tetapi dipercayai mempengaruhi obsorbsi dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui focal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas, dan status imun. Di daerah dengan endemisitas yang tinggi, gardiasi dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persiten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah tertapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malobsorbsi dengan faty stools, nyeri perut dan gembung.

2. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amaoba ini bervariasi, namun penyebarannya diseluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur, dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomanik yang disebabkan oleh E. Histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri dan fulminant.

3. Cryptosporidium. Di Negara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15 % dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis. Merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih brat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.

4. Microsporidium spp

5. Isospora belli

6. Cyclospora cayatanesis

d. Helminths :

1. Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare.

2. Scistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus.

3. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen.

3. MANIFESTASI KLINIS

a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun d an ma ta cekung, membran mukosa kering.

c. Keram Abdominal

d. Demam

e. Mual dan Muntah

f. Anoerexia

g. Lemah

h. Pucat

i. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan.

j. Menurun atau tidak pengeluaran urine.


4. ANATOMI


5. PATOFISIOLOGI

a. Meningkatkan Mortalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektronik yang berlebihan.

b. Cairan, sodium, parassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja. Sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektronik, dan dapat terjadi asidosis metabolic.

Diare terjadi merupakan proses dari :

Ø Trasport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap eletrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk aan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area area permukaan intestinal, perubahan kapasitas instetinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan eletrolit

Ø Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan eletrolit dan bahan makanan ini terjadi sindion malabsorbsi

Ø Meningkatnya metelitas instektinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi Instestinal

Gambar 1 fotofisiologi penyakit diare

Muntah

Diare

Deman

Hiperventilasi

Menurunnya pemasukan atau hilangnya cairan akibat

Kematian



6. KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu :

a. Diare atur

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat yaitu dalam beberapa jam dan sampai 1 – 2 minggu.

b. Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang dewasa sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu.

(Arief Mansjoer, 2001)

7. DIAGNOSA PENUNJANG

a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

b. Kultur jaringan

c. Pemeriksaan elektrolit, BUN, Creatinien dan glukosa.

d. Pemeriksaan tinja, PH, Lekosit, Glukosa dan adanya darah.

8. PELAKSANAAN

a. Penanganan fokus pada penyebab.

b. Pemberian cairan dan elektrolit, oral (seperti, pediagle atau Oralit) atau terapi-terapi parental.

1. Untuk diare ringan, cairan oral dengan segera ditingkatkan dengan glukosa oral serta larutan elektrolit.

2. Untuk diare sedang akibat sumber non-infeksikus, obat-obatan tidak spesifik seperti difenoksilat (lomotil) dengan loperamid (Imodium) yang diberikan untuk menurunkan molititas.

c. Melaksanakan tata kerja terarah untuk identifikasi penyebab diare.

d. Melakukan simptomatika

e. Melakukan terapi difinitif.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

a. Pola defekasi : Frekuensi, pernah berubah

b. Perilaku Defekasi : Penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola

c. Deskripsi feses : Warna, bau dan tekstur

d. Diet : Makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan teratur atau tidak.

e. Cairan : jumlah dan jenis minuman / hari

f. Aktifitas : Kegiatan sehari-hari

g. Kegiatan yang spesifik

h. Penggunaan medikasi : Obat-Obatan yang mempengaruhi defeksi.

i. Stres : Stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana menerima

j. Pembedahan / Pemyakit menetap.


2. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen : Distensi, simetris, gerakan peristalistik, adanya massa pada perut, tendernes

b. Rectum dan anus : Tanda-tanda imflamasi, perubahan warna, lesi, fetula, hemmorroid, adanya massa, tenderness.

3. Keadaan feses

a. Konsisten, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses : lendir

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Anuskopi

b. Proktosigmoidoskopi

c. Rongen dengan kontras

C. Diagnosa

Gangguan eliminasi berhubungan dengan diare adalah kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan buang air besar dengan karakteristik feses cairan.

Ø Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Inflamasi, iritasi dan malabsorpsi

b. Pola makan yang salah

c. Perubahan proses pencernaan

d. Efek samping pengobatan


Ø Kemungkinan

1. Feses berbentuk cair

2. Meningkatnya frekuensi buang air besar

3. Meningkatkan peristalik usus

4. Menurunnya nafsu makan

Ø Kondisi klinik yang mungkin ditemukan :

a. Peradangan bowel

b. Pembedahan saluran pencernaan

c. Gastritis / enteritis

Ø Tujuan Yang diharapkan :

a. Pasien kembali buang air besar secara normal

b. keadaan feses berbentuk dan lebih keras



Intervensi

Rasional

1. Monitor / kaji konsistensi, warna, bau feses, pergerakan usus, cek berat badan setiap hari

2. Monitor dan cek elektronik, intake dan output cairan.

3. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan IV, oral dan makanan lunak

4. Berikan antidiare, tingkatan intake cairan

5. Cek kulit bagian perineal dan jaga dari gangguan integritas.

6. Kolaborasi dengan ahli diet tentang diet rendah serat, dan lunak

7. Hindari stres dan lakukan istirahat cukup

8. Berikan pendidikan kesehatan tentang

● Cairan

● Diet

● Obat-obatan

● Perubahan gaya hidup

1. Dasar Memonitor kondisi

2. Mengkaji status dehidrasi

3. Mengurangi kerja usus

4. Mempertahankan status dehidrasi

5. Frekuensi buang air besar yang meningkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus

6. Menurunkan stimulasi bowel

7. Stres meningkatkan stimulasi bower

8. Meningkatkan pengetahuan dan mencegah diare


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

i. Diare merupakan buang air besar yang encer lebih dari tiga kali sehari

j. Dalam keadaan diare, seseorang dapat mengalami dehidrasi cairan dan elektrolit dalam tubuh

k. Asuhan keperawatan diangkat sebagai keluhan yang disampaikan oleh klien saat pengkajian atau masalah yang dihadapi klien dan bukan berdasarkan teori semata.

l. Dalam pelaksanaan perawatan perlu ada kerja sama antara klien, keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya.

B. Saran

a. Kepada seluruh tenaga keperawatan dengan meningkatkan terus peranannya secara aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada umumnya dan perawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit pada khususnya.

b. Perawat seharusnya memiliki pengetahuan tentang konsep keperawatan dari berbagai penyakit yang dapat dijadikan landasan untuk mengetahui kepincangan yang ditemukan.

2. Penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat untuk memenuhi pengetahuan mengenai penyakit menular khususnya diare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar