Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep hidrochepalus

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal dalam ventrikel serabral,ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Menurut Mumenthaler (1995) definisi hydrocephalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinallis internal atau eksternal melebar
.Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,1997).

2. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah 1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi intrauterine meliputi :
• Stenosis aquaductus sylvi
• Spina bifida dan kranium bifida
• Syndrom Dandy-Walker
• Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
• Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
• Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
• Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
3.Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hydrocephalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. hydrocephalus dibawah usia 2 tahun
• Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
• Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
• Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-vena kulit kepala.
• Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
• Perubahan pada mata.
- bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam
- strabismus divergens
- nystagmus
- refleks pupil lambat
- atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
- papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
• Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

5. Komplikasi
• Peningkatan tekanan intrakranial
• Kerusakan otak
• Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
• Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
• Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
• Kematian

6. pemeriksaan diagnostik
• Lingkar kepala pada masa bayi
• CT dan MRI: menunjukkan pembesaran ventrikel
7. Terapi
• Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
• Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1) Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2) Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3) Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

8 Prognosis
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70 % akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti ( arreated hidrosefalus ) sekitar 40 % anak akan mencapai keceradasan yang normal. Pada kelompok ytang dioperasi, angka kematian adalah 7 %. Setelah operasi sekitar 51 % kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16 % mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hiodrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidispliner.




















B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur.
pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.

1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Adanya Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
2) Palpasi :
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata :
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.



1.3 Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1 Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .
Tujuan ;
- Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
- Jelaskan Penyebab nyeri.
- Atur posisi Klien
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
- Persapiapan operasi

2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
- Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
- Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
-Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalah pahaman.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta muntah.
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
- Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
- Monitor Intake dan out put
- Berikan therapi cairan secara intavena.
- Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.
- Monitor tanda – tanda vital.

2.2 Post – Operatif.
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
Tujuan :
- Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
- Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
- Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
- Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
- Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
- Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin, berkeringat)
- Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.

2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :
-Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
- Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
- Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
- Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
- Monitor therapi secara intravena.
- Timbang berta badan bila mungkin.
- Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)

3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
- Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
- Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
- Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
- Pertahanakan prinsip aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.

4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan ;
- Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
- Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
- Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
- Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
- Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar