Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep gastritis

GASTRITIS

A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
a. Gastritis merupakan suatu kadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A. price, dkk, 2006, hal : 422)
b. Gastritis adalah peradangan dinding lambung tetapi tanpa luka atau tukak (alice M. soroike, 2006, hal :112)
c. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung (hirlan,2007)

2. Anatomi dan Fisiologi Lambung
Gambar : Anatomi Lambung


Keterangan ;
1. Fundus
2. Korpus
3. Antrum pylorus
4. Daerah kardia
5. Kurvatura mayor
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium atau kardia dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak dibawah diafragma dan didepan pancreas, sedangkan limfa menempel pada sebelah kiri fundus.
Bagian lambung terdiri dari :
1. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
3. Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus.
4. Kurvatura minor, terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.
5. Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior.
6. Osteum kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari :
1. Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat yang disebut rugae.
2. Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis)
3. Lapisan otot miring (muskulus obliqus)
4. Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal)
5. Lapisan jaringan ikat / serosa (peritoneum)
Lambung terletak oblik dari kiri kekanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai tabung bentuk J dan bila penuh, berbentuk sebuah pir raksasa. Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang terjadi. Sfinger kardia atau sfingter esophagus bawah, mengalirkan makanan masik kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum terminal berelaksasi, makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus ke dalam lambung.
Persyarafan lambung sepenuhnya berasal dari system syaraf otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus gastrika, pilorika, hepatica dan seliaka. Persyarafan simpatis melalui syaraf splanchinocus major dan ganglia seliaka. Serabut-serabut aferen menghantarkan infuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot serta peradangan dan dirasakan di daeraah epigastrium abdomen. Serabut-serabut eferen simpatis menghambat motilitas dan sekresi lambung. Pleksus saraf mienterikus (auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persyarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah dilambung dan pancreas (serta hati, empedu dan limea) terutama berasl dari arteri seliaka atau trunkus seliakus yang mempercabangkan cabang-cabang yang menyuplai kurvatira minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pankreatikoduodenalis yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung dihalangi oleh system saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
Normalnya mukosa lambung berfungsi sebagai barier yaitu melindungi pengrusakan saluran pencernaan dari keasaman asam lambung. Jika fungsi barier ini rusak/terganggu maka mukosa lambung akan iritasi karena peningkatan histamin dan stimulasi saraf kholinergik. Asam lambung akan berdifusi kembali kedalam mukosa dan merusak pembuluh darah kecil. Difusi kembali asam lambung akan menyebabkan edema mukosa, hemorage dan erosi pada mukosa.
Ciri yang cukup menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya yang sangat kaya dan berasal dari empat jurusan dengan pembuluh nadi besar di pinggir kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding lambung. Di belakang dan di tepi media duodenum juga ditemukan arteri besar (arteri gastroduodenalis). Perdarahan hebat bisa terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak peptic lambung dan duodenum. Vena lambung dan duodenum bermuara ke vena porta..
Fungsi utama lambung adalah :
1. Fungsi motorik lambung :
a. Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi resektif otot polos di perantarai oleh syaraf vagus dan dirangsang oleh gastria
b. Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung kontraksi peristaltik di atur oleh suatu irama listrik intrinsik dasar
c. Fungsi pengosongan lambung
Di atur oleh pembukaan sfingter pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktifitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi obat-obatan dan kerja pengosongan lambung di atur faktor saraf dan pulmonal.


2. Fungsi pencernaan dan sekresi
a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, pencernaan karbohidrat oleh lemak amilase dan limpase dalam lambung kecil peranannya
b. Sintesis dan pelepasan gastrin di pengaruhi oleh protein yang di makan, peregangan antrum dan rangsangan vagus
c. Sekresi faktor intrinsik
Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
d. Sekresi mukus
Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.

3. Etiologi
Penyebab penyakit antara lain :
a. Obat-obatan,aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
b. Merokok, minum-minuman beralkohol dan beberapa makanan berbumbu serta terapi radiasi juga turut berperan dalam proses terjadinya gastritis
c. Endotoksin bakterial, stress fisik (trauma cedera jaringan akibat luka bakar, pembedahan penyakit kronik lain seperti gagal ginjal, hiperpara tireodisme dan penyakit pankreas)
d. Faktor diet yang sembrono misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat dan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit
e. Mencerna asam kuat atau alkali
f. Aspek imunologisInflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung yang berkepanjangan dan jinak maupun ganas

4. Insiden
Gastritis akut : kira-kira 80-90% yang diruang intensif, menderita gastritis akut. Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis akut misalnya, trauma yang luas, operasi besar gagal ginjal,penyakit hati yang berat , renjatan.
Gastritis kronis : penyakit ini lebih sering di dapat pada usia tua di Negara barat, populasi yang usianya pada decade ke 16 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai decade ke-7


5. Manifestasi Klinik
a. Mual, muntah.
b. Nyeri epigastrium.
c. Anoreksia.
d. Hematemesis.
e. Perdararhan saluran pencernaan yang pada akhirnya akan menimbulkan syok, anemia akibat perdarahan dan kelelahan

6. Test Diagnostik
a. Analisis gastritis: untuk mengkaji adanya peningkatan kadar sekresi asam lambung
b. Pemeriksan kadar serum vitamin B12 untuk mengevaluasi adanya gastritis kronik atau kemungkinan terjadinya anemia pernisiosa
c. Pemeriksaan HB, hematokrit, dan sel darah merah,
d. Gastroscopy dilakukan untuk memvisialisasikan perubahan membran mukosa, mengidentifikasi perdarahan dan mengambil sampel jaringan untuk biospy
e. X-ray saluran pencernaan bagian atas
f. Radiology dan kontras ganda



7. Penatalaksanaan medis
Gastritis akut diatasi dengan mengistruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parentera. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( misalnya, aluminium hidroksida ),untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atatu atau cuka encer
b. Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperluka. Peembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H pylori dapat diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth (pepto-bismol).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Gastritis
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi, dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian data.
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Sebagai sumber informasi dapat digunakan yaitu: pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan lainnya.
Tahap pengkajian meliputi 4 kegiatan yaitu :
a. Pengumpulan data.
Data yang berhubungan dengan kasus gastritis :
1) Biodata.
a) Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan alamat.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat serta hubungan keluarga.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
a) Adanya nyeri pada ulu hati
b) Disertai mual, muntah dan kurang nafsu makan
3) Riwayat kesehatan sebelumnya.
a) Minuman soft drink
b) Makan yang pedas
c) Makan yang kecut
4) Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek psikososial dan spiritual.
5) Data-data pengkajian klien.
a) Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Tachikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas).
b) Sirkulasi.
Gejala : Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia, kelemahan/nadi perifer lemah, pegisian kapiler lembut/perlahan.
Warna kulit : pucat, sianosis.
Kelembaban kulit : berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik).
c) Integritas ego.
Gejala : Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)
Tanda : Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
d) Eliminasi.
Gejala : Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan gastro intestinal atau masalah yang berhubungan dengan gastro intestinal.
Misalnya : luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi gaster.
Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi.
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang merah cerah : berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.


e) Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan, cekukan.
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah. Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, cokelat ; diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.
Tanda : Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
Berat Janis urine meningkat.
f) Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, dan koma (tergantung pada volume sirkulasi/ oksigenisasi).

g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung 1 – 2 jam setelah makan dan hilang dengan makan antasida (Ulkus gaster).
Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan  4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
Tak ada nyeri (varises esofageal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat tertentu (salsilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
h) Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya : ASA.
Tanda : Peningkatan suhu.
Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/ hipertensi portal).
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat dterima karena (misalnya : anemia) atau diagnosa yang berhubungan dengan (misalnya trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misalnya : sirosis, alcoholisme, hepatitis, gangguan makan.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3-9 hari.
Rencana pemulangan :
Dapat memerlukan perubahan program terapi/pengobatan.
j) Pemeriksaan diagnostik
a) EGD (esofagogastroduodenoskopi) : tes diagnostik kunci untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/derajat ulkus jaringan/cedera.
b) Minum barium untuk foto rontgen untuk membedakan diagnosa penyebab/sisi lesi.
c) Analisa gaster : mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster.
d) Angiografi : vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi perdarahan.
e) Hb/Ht : penurunan kadar terjadi dalam 6 – 24 jam setelah perdarahan mulai.
f) Jumlah darah lengkap : dapat meningkat, menunjukkan respon tubuh terhadap cedera.
g) Analisa gastrin serum : peningkatan kadar diduga sindrom Zollinger – Allison atau kemungkinan adanya penyembuhan ulkus yang buruk. Normal atau rendah pada gastritis tipe B.
h) Kadar pepsinogen ; meningkat dengan penetralisir ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.
i) Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronis.
b. Klasifikasi data.
Mengklasifikasikan dalam data subjektif dan data objektif.
1) Data subjektif.
Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah yang dikeluhkan sehubungan dengan gastritis.
2) Data obyektif.
Adalah semua data senjang pada klien dengan gastritis yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik).
c. Analisa data.
Dengan melihat data subjektif dan data obyektif dapat ditentukan permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai penyebab penyakit gastritis sampai permasalahannya tersebut.
d. Diagnosa keperawatan.
1. “Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan proses kehidupan”. Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan gastritis, baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut ;
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan (muntah) .
c. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
d. Ansietas berhubungan dengan pengobatan dan proses penyakit
e. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
f. Gangguan kebutuhan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat nutrisis yang kurang adekuat.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus nyeri.
2. Perencanaan Tindakan Keperawatan/Intervensi.
Perencanaan keperawatan adalah penentuan apa yang akan dilaksanakan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan. Diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, yaitu :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut, dengan kriteria :
Napsu makan membaik/Normal.
Frekwensi makan 3 x sehari
Porsi makan sudah dihabiskan
Intervensi :
1) Pantau masukan diet harian dengan jumlah kalori
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan
2) Berikan makanan yang lunak dan hindari makanan yang dapat mengiritasi
Rasional : Makanan yang lunak memudahkan absorbsi pada lambung sehingga kerja lambung tidak terlalu berat

3) Anjurkan makan pada posisi tegak
Rasional : Meringankan kerja lambung dan usus serta untuk menghindari kejenuhan pasien sehingga kebutuhan makanan dapa terpenuhi.
4) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : Menurunkan rasa penuh abdomen.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kebutuhan pasien
Rasional : berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi nutrisi individu
6) Berikan obat sesuai indikasi anti emetik, vitamin dan sebagainya
Rasional : anti emetik berguna untuk menetralisir produksi asam lambung dan vitamin untuk memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.


b. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : nyeri teratasi dengan kriteria klien mengatakan nyerinya hilang.
Intervensi :
1) Pantau karakteristik nyeri dengan skala 0-10, catat likasi dan karakteristiknya dalam TTV
Rasional : Untuk membantu mengidentifikasi penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang penyakit dan memilih intervensi yang tepat
2) Anjurkan pasien makan dengan posisi yang rileks
Rasional : agar tidak terjadi ketegangan pada organ –organ pencernaan yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri dan ketegangan dapat mempengaruhi produksi HCl
3) Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : untuk membantu mengatasi stress dan nyeri
4) Kolaborasi pemberian obat yang dibutuhkan dan hindari pemberian aspirin dan makanan / minuman yang mengandung kafein
Rasional : aspirin dan makanan/minuman yang mengandung kafein dapat memacu sekresi asam lambung yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya nyeri
c. Gangguan kebutuhan aktivutas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : Peningkatan toleransi aktifitas dengan kriteria :Klien tidak merasa lemah lagi.
Intervensi :
1. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sebagaimana yang diperlukan
Rasional : Adanya bantuan diharapkan kebutuha aktivitas klien dapat terpenuhi
2. Ikut sertakan orang terdekat bila memungkinkan
Rasional : Ikut sertanya keluarga atau orang terdekat diharapkan dapat mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas dan dapat mempermudah perawat dalam melaksanakan tindakan
3. Ajarkan dan berikan dorongan pada pasien untuk ikut serta dalam aktivitas perawatan diri secara bertahap.
Rasional : melakukan aktivitas secara bertahap dapat mencegah peningkatan kerja jantung secara tiba- tiba
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan toleransi aktivitas
Rasional : Memberikan pengetahuan kepada klien tentang faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan toleransi aktivitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar