Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep anemia

A. KONSEP MEDIS

  1. Defenisi

Anemia adalah defisiensi sel darah merah yang dapat disebabkan karena kehilangan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat ( Guyton,Arthur C,1992 ).

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah ( Mariynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geisseler. 2000 ).

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematroktik di bawah normal ( Brunner dan Suddarth, 2002).

Anemia adalah jumlah sel darah merah, kuantitas Hb dan volume pada sel darah merah (hematokrib/100 ml darah). ( Sylvia A.Prince & Lorraine M.Wilson.1995 ).

  1. Etiologi

Etiologi umum dari anemia adalah :

1. Perdarahan hebat

* Akut (mendadak)

Ø Kecelakaan

Ø Pembedahan

Ø Persalinan

Ø Pecah pembuluh darah

* Kronik (menahun)

Ø Perdarahan Hidung

Ø Wasir ( hemoroid)

Ø Ulkus Peptikum

Ø Kanker atau Polip di saluran pencernaan

Ø Tumor Ginjal atau kandung kemih

Ø Perdarahan Menstruasi yang banyak

2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah

* Kekurangan Zat Besi

* Kekurangan Vitamin B12

* Kekurangan Asam Folat

* Kekurangan Vitamin C

* Penyakit Kronik

3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah

* Pembesaran limpa

* Kerusakan mekanik pada sel darah merah

* Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

* Hemoglobinuria nocturnal paroksimal

* Sferositosis herediter

* Elliptositosis herediter

* Kekurangan G6PD

* Penyakit sel sabit

* Penyakit hemoglobin C

* Penyakit hemoglobin S-C

* Penyakit hemoglobin E

* Thalasemia

4. Kegagalan dan kerusakan sumsum tulang

* Anemia aplastik

* Keganasan

* Osteoporosis

* Myelo fibrosis (penyakit ginjal kronis dan defisiensi vitamin D).

  1. Manifestasi Klinik

Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala

1. Kecepatan kejadian anemia,

2. Durasinya

3. Kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan

4. Adanya kelainan lain atau kecacatan

5. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang mengkibatkan

anemia.

Semakin cepat perkembangan anemia , semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama. Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama, dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali, selain takikardi ringan saat latihan. Dispnu latihan biasanya terjadi hanya di bawah 6 g/dl: dispnu istirahat di bawah 3 g/dl ; dan gagal jantung, hanya pada akadar sangat rendah 2 samapi 2,5 g/dl.

Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, disbanding orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar Hb di bawah 10 g/dl.

Akhirnya, berbagai kelainan anemia akan berkomplikasi dengan berbagai abnormalitas lain yang bukan diakibatkan oleh anemia tetapi menyertai penyakit ini. Abnormalitas tersebut dapat menimbulkan gejala yang secara sempurna menutupi gejala anemia, seperti pada penderita anemia sel sabit yang mengalami kritis nyeri.

  1. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah.Warna merah itu keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida(CO2 ) didalamnya.Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Darah beredar didalam tubuh,karena adanya kerja atau pompa jantung,pada tubuh yang sehat atau pada tubuh orang dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter.

Fungsi darah terdiri atas :

a. Sebagai alat pengangkut

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantara leukosit dan antibodi atau zat-zat anti racun.

c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Darah terdiri atas dua bagian yaitu :

1. Sel-Sel Darah

a. Eritosit ( sel darah merah )

Eritosit berfungsi mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.Didalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah ,apabila kedua-duanya berkurang maka seseorang akan menderita anemia.

b. Leukosit ( sel darah puti )

Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam jaringan RES ( Sistem Retikuloendotel ),tempat pembiakannya didalam limfa dan kelenjar limfe,sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui limfa terus ke pembuluh darah.

Jenis-jenis Leukosit yaitu :

a. Agranulosit adalah sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya terdiri dari :

* Limfosit fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh.

* Monosi fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34 %.

b. Granulosit disebut juga leukosit granular terdiri dari :

* Neutrofil

* Eusinofil

* Basofil

c. Trombosit ( sel pembeku darah )

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati,bentuk dan ukurannya bermacam-macam ada yang bulat dan ada yang lonjong,warnanya putih.Normal pada orang dewasa 200-300 ribu/mm.Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah

2. Plasma Darah

Zat-zat dalam plasma darah terdiri atas :

a. Fibrinogen

b. Garam-garam mineral

c. Protein darah

d. Zat makanan

e. Hormon

f. Antibodi/antitoksin

Peredaran Vena

Peredaran vena dalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari seluruh bagian alat-alat tubuh menuju ke jantung Vena-Vena dalam tubuh terdiri dari :

1. Vena yang masuk ke jantung

* Vena Cava Superior ,yang menerima darah dari bagian atas/leher dan kepala masuk ke jantung.

* Vena Cava Inferior,yang menerima darahdari bagian alat-alat tubuh sebelah bawa masuk ke jantung.

* Vena Pulmonalis,yang membawa darah dari paru-paru ke atrium sinistra.

2. Vena-vena yang bermuara pada vena cava superior

* Vena Brakiosefalika disebut juga vena inomenata

* Vena Jagularis Interna Dextra atau Sinistra,yang menerima darah dari dasar otak.

* Vena Jagularis Externa Dextra atau sinistra,yang menerima darah dari daerah kepala bermuara pada vena inominata.

* Vena Azigos yang menerima darah dari daerah lumbal.Vena yang terdapat pada bahu dan lengan yaitu :

* Vena Subklavia dekstra atau sinistra bermuara pad vena Brakio

* Vena Aksilaris dari daerah dasar ketiak.

* Vena Basilika dan Sefaliak ( pangkal lengan )

* Vena Mediana Cubiti,sekitar pergelangan tangan (siku)

* Vena Plantaris (daerah pergelangan tangan)

* Vena Digitis (untuk jari tanagan)

3. Vena-Vena yang bermuara pada vena cava inferior

* Vena Renalis yang membawa darah dari ginjal.

* Vena Hepatika,yang membawa darah dari hati.

* Vena Suprarenal,darah dari anak ginjal

* Vena Iliaka Komunis,membawa darah dari alat-alat dalam rongga panggul dan tungkai dengan perantara Venailiaka interna dan eksterna.

Pembulu Darah Utama(Arteri)

Peredaran darah arteri adalah peredaran darah yang mengalir dar jantung menuju seluruh bagian tubuh.

a. Aorta Asendens

cabang Aorta Asendens terdiri dari arteri koronaria dekstra yang berasal dari sinus anterior, aorta ini memberikan darah untuk belahan jantung sebelah kanan untuk menghidupi sel-sel otot lapisan miokardium, arteri koronaria sinistra memberikan darah untuk jantung sebelah kiri berasal dari sinus posterior aorta dan menghidupi sel otot lapisan miokardium.

b. Arkus Aorta

Arkus Aorta mempunyai 3 cabang yaitu :

1. Arteri Brakisefalika

2. Arteri Subklavia Sinistra, mengalirkan darah dari lengan sampai ke ketiak.

3. Arteri Karotis Komunis Sinistra.

Arteri ini sampai jakunbercabang-cabang yaitu :

A. Arteri Karotis Interna mempunyai cabang yaitu :

* Arteri Oflamika, memberikan darah untuk mata

* Arteri Serebralis, memperdarahi otak

* Arteri Nasalis, Memperdarahi hidung

B. Arteri karotis eksterna yaitu arteri yang memperdarahi kepala bagian luar, kerongkongan, kulit kepala, cabang arteri ini yang penting adalah Arteri Temporalis.

c. Aorta Desendens

Aorta Desendens terbagi 2 yaitu :

1. Aorta Torakalis, dimulai dari vertebra torakalis IV menuju kebawah menembus diafragma, kira-kira setinggi vertebra torakalis XII.

2. Cabang Aorta abdominalis,terbagi atas 2 cabang yaitu :

* Untuk bagian dinding perut depan atau belakang yang terdiri dari :

* Arteri Frenikus Inferior,memperdarahi diafragma inferior

* Arteri Lumbalis, memperdarahi kulit dan otot-otot punggung

* Arteri Sakralis Media, memperdarahi sacrum dan koksigis

* Untuk organ-organ dalam rongga perut :

* Arteri Silika mempunyai 3 cabang yaitu :

§ Arteri Gastrika Sinistra, memperdarahi lambung bagian kurvatura minor dan membentuk anastomosis dengan arteri esofaglalis.

§ Arteri hepatica,memperdarahi hati,disamping itu juga memberikan cabangnya untuk lambung.

§ Arteri Gastrika Dekstra, memperdarahi deudenum dan lambung bagian kurvatura mayor.

* Arteri Splenika/Arteri Lienalis, mempengaruhi limfa

* Arteri Mesenterika Superior, memperdarahi usus halus, kecuali deudenum, sekum, dan kolon transversum.

* Arteri Renalis, memperdarahi ginjal.

* Arteri Spermatika atau Ovarika, memperdarahi kelenjar testis atau ovarium.

* Arteri Mesentrika Inferior, memperdarahi sebagian kolon transversum, sigmoid, dan rectum sampai di anus.

* Untuk organ-organ dalam panggul dan tungkai.

b. Fisiologi

Fisiologi Kelenjar Limfe

Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lacteal, karena bila lemak diabsorpsi dari usus, sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe.

Pembentukan Cairan Limfe

Konsentrasi protein didalam cairan interstitial rata-rata 2 gr/100 ml. Konsentrasi protein cairan limfe yang mengalir kebanyakan dari jaringan perifer, mendekati nilai ini atau lebih dekat, sebaliknya cairan limfe yang terbentuk dalam hati mempunyai konsentrasi protein 6 gr/100 ml, dan limfe yang terbentuk dalam usus mempunyai konsentrasi protein 3-5 gr/100 ml. Karena lebih dari separuh limfe berasal dari hati dan usus maka cairan limfe dektus torasikus merupakan campuran dari semua daerah tubuh dan mempunyai konsentrasi protein sebesar 3-5 gr/100 ml.

Kecepatan Total Aliran Limfe

Kira-kira 100 ml limfe mengalir melalui duktus torasikus perjam pada manusia yang sedang beristirahat, dan 20 ml/jam, cairan limfe lain mengalir ke dalam sirkulasi yang lain. Taksiran aliran limfe total 120 ml/jam dan aliran limfe relative kecil jika dibandingkan dengan pertukaran cairan total diantara plasma dan cairan interstitial.

Faktor Penentu Kecepatan Aliran Limfe

a. Tekanan cairan interstitial

pada titk ini kecepatan aliran mencapai maksimum, factor-faktor ini meliputi

- Peningkatan tekanan kapiler

- Penurunan tekanan osmotic koloid plasma

- Peningkatan protein cairan interstisial

- Peningkatan permeabilitas kapiler

b. Pompa Limfe

Pompa limfe menjadi sangat aktif selama gerak badan sering

meningkatkan aliran limfe sebanyak 5-15 kali. Sebaliknya selama periode istirahat aliran limfe sangat lambat.

c. Kekuatan Yang Menggerakkan Cairan Limfe ditentukan oleh 4 faktor :

- Tekana kapiler, tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar melalui membrane kapiler.

- Tekanan cairan interstisiali, mendorong cairan ke dalam melalui membrane kapiler.

- Tekanan osmotic koloid plasma menimbulkan osmosis cairan ke dalam melalui membrane kapiler

- Tekanan osmotic koloid cairan interstisial menimbulkan osmosis,cairan keluar melalui membrane kapiler.

Kelenjar Limfe

Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susuna isinya hamper sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari cairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler-kapiler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.

Faktor Pergerakan Cairan Limfe

1. Kontraksi otot akan menekan cairan limfe bergerak.

2. Pada inspirasi dan ekspirasi rongga dada mengakibatkan adanya perubahan tekanan

3. Masase tubuh ( pemijatan tubuh )

Pembuluh Darah Limfe

Struktur Limpa

Limpa merupakan sebuah organ yang terletak disebelah kiri abdomen di daerah hipostrium kiri bawah 19a, -10 dan -11.

Lapisan Limpa

Lapisan luar diselimuti oleh peritoneum, dibawah peritoneum terdapat selaput yang berlangsung membungkus limpa, di dalam jaringan limpa terdapat banyak lubang-lubang yang berisi reticulum endofeliah daan banyak juga mengandung kapiler-kapiler darah.Limpa dibungkus oleh kapsula.

Tonsil

Tonsil terdiri dari :

a. Tonsil Faringealis, agak menunjol keluar dari atas faring dan terletak dibelakang koana.

b. Tonsil Palatina, dilapisi oleh epitel-epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

c. Tonsil Lingualis, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

  1. Klasifikasi

Anemia Hipoproliferatif

a. Anemia Aplastik

Patofisiologi. Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara konginetal maupun didapat. Dapat juga idiopatik (dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas).

Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk dalam jumlah toksin.Apapun bahan penyebabnya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, disinailah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.

Evaluasi Diagnosik. Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi sumsum tulang sering hanya mbeberapa tetes darah. Manifestasi klinik. Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bartahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak napas pada saat latihan, dan manifestasi anemialainnya.

Penatalaksanaan. Seperti yang diharapkan pada keadaan yang mengenai sel he4matopoetik, anemia aplastik mempunyai prognosis yang sangant buruk. Dua metode pananganan yang saat ini sering dilakukan: (1) transplantasi sumsum tulang dan (2) pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).

Intervensi Keperawatan. Pasien dengan anemia aplastik sangat peka terhadap masalah yang berhubungan dengan defisiensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Mereka harus dikaji dengan teliti mengenai adanya gejala infeksi, hipoksia jaringan, dan perdarahan.

b. Anemia pada Penyakit Ginjal

Derajat Anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sanagat bervariasi, tetapi secara umum, terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah (BUN) yang lebih dari 10 mg/dl.

Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin.

c. Anemia pada Penyakit Kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis normostik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi arthritis rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.

d. Anemia Defisiensi-Besi

Anemia defisiensi-Besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. (Besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin.) Merupakan jenis anemia paling sering pada semua kelompok umur.

Etiologi. Penyebab defisiensi-besi pada pria dan wanita pascamenopause adalah perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reaksi gaster. Anemia pada ada wanita pascamonepause adalah meroragia (perdarahan menstruasi berlebihan).

Manifestasi klinik. Orang yang mengalami defisiensi-besi mengalami penurunan angka hemoglobin dan sel darah merah.

Penatalaksanaan. Kecuali pada kasus kehamilan, penting dicari penyebab defisiensi-besi. Anemia bisa merupakan tanda adanya keganasan gastrointestinal yang dapat disembuhkan atau fibroid uterus atau kanker.

Intervensi Keperawatan. Pasien dengan anemia defisiensi-besi didorong untuk melanjutkan terapi sepanjang yang diresepakan, meskipun mereka tidak mengalami kelemahan. Pasien harus diberi informasi bahwagaramj besi sering merubah warna tinja menjadi hijau gelap atau hitam.

e. Anemia Megaloblastik

Anemia yangt disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, asam folat menunjukkan perubahan yang sama antar sumsum tulang dan darah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal.

Anemia Hemalotika

a. Anemia Hemolitika Turunan

Sferotisis Turunan

Sferotisis turunan merupakan anemia hemolitika yang ditandai dengan sel darah merah berbentuk sferis dan pembesaran limpa. Merupakan kelainan yang jarang, diturunkan secara dominant

Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul Hb dan disertai dengan serangan nyeri.

b. Anemia Hemolitika Didapat

Anemia Hemolitika Imun

Ketika antibody bergabung dengan sel darah merah mereka dapat menjadi isoantibodi, bereaksi dengan se lasing atau otoantibodi, yang bereaksi dengan sel individu itu sendiri.

Polisitemia

Polisitemia adalah peningkatan konsentrasi sel darah merah. Merupakan istilah yang digunakan apabila jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm atau Hbnya melebihi 18 g/dl.

Lekopenia dan Agranulositosis

Lekopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal. Agranulositosis merupakan keadaan potensia fatal di mana hamper tidak terdapat leukosit polimorfonuklear (PMNs).

  1. Diagnosa Penunjang

Penyakit Anemia terjadi apabila kepekaan hemoglobin dalam darah di bawah paras norma mengikut usia dan jantina. Hemoglobin ialah sejenis pigmen yang terdapat dalam sel darah merah di mana ia membawa oksigen dari paru-paru. Kekurangan zat besi (iron) yaitu komponen penting hemoglobinadalah merupakan sebab biasa terjadi anemia.

  1. Penatalaksanaan

Penderita baru dengan anemia tidak perlu dirawat inap bilamana tidak ada indikasi antara lain :

a. Keadaan umum jelek, gagal jantung (mengancam), dan ada perdarahan.

b. Anemia berat : Hb <>

c. Ada tanda-tanda keganasan atau penyakit lain dengan indikasi perlu

perawatan.

d. Diagnosis belum jelas dan perlu pemeriksaan intensif, khususnya untuk menemukan etiologi atau penyakit primer

e. Perlu pemeriksaan dengan persiapan khusus

Tatalaksana penderita rawat inap tergantung pada jenis anemia dan etiologinya. Pasien dengan anemia harus ditransfusi yaitu pada keadaan :

1. Sebelum operasi segera, jika Hb <>

2. Pendarahan aktif

3. Tampaknya tidak ada terapi spesifik yang efektif

4. Selama terapi subresif sumsum tulang (misalnya kemoterapi)

5. Jika ada defek yang berkaitan dalam transfer oksigen (misal dekompensasi jantung atau dekompensasi pernafasan)

6. Jika ada peningkatan kebutuhan oksigen

Pasien dengan anemia tidak boleh ditransfusi pada keadaan :

1. Anemia ringan pada pasien muda

2. Jika anemia dapat pulih kembali dalam waktu singkat

3. Sebagai “persiapan utama” preoperative untuk operasi efektif, jika tersedia terapi definitive (misalnya defisiensi besi)

4. Jika efek hemodilusi dari anemia mengkin menguntungkan (misalnya kehamilan anemia pada penyakit kronis, penyakit vascular)

Tatalaksana penderita rawat jalan pada prinsipnya serupa dengan penderita rawat inap, yaitu :

1. Medikamentosa tergantung dari jenis anemianya.

2. Pengawasan keadaan klinis dan laboratories, dengan kemungkinan perlu dirawat inap atas berbagai indikasi.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik akan memberikan data mengenai masalah dan keluhan pasien.Kelemahan,kelelahan , dan malaise umum sering terjadi,demikian juga kulit dan membrane mukosa yang menjadi pucat . Ikterik terdapat pada pasien dengan anemia pernisiosa atau anemia hemolitika.Rambut dan kulit kering terjadi pada anemia defisiensi besi.

Status jantung harus dikaji dengan teliti.Apabila hemoglobin rendah,jantung akan berusaha mengkompensasi dengan memompa lebih cepat dan lebih kuat sebagai usaha mengangkut lebih banyak darah ke jaringan yang mengalami hipoksia.Peningkatan beban jantung tersebut mengakibatkan berbagai gejala seperti ; takikardu,palpitasi,dispnu,pusing,ortopnu,dan dispnu saat latihan.Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kongestif,yang ditandai dengan adanya pembesaran jantung ( kardiomegali ) dan pembesaran hati ( hepatomegali ),dan edema perifer.

Pemeriksaan neurologis juga penting karena efek anemia pernisiosa pada system saraff pusat dan perifer.Pasien dikaji mengenai adanya baal dan

parestesia perifer,ataksia,gangguan koordinasi,dan kejang.Pengkajian fungsi gastrointestinal dapat mengungkap keluhan mual,muntah,diare,anoreksia,dan glositisi ( peradangan lidah ).

Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan yang diminum pasien yang mungkin menekan aktivitas sumsum tulang atau mempengaruhi metabolisme folat. Riwayat akurat mengenai asupan alkohol, termasuk jumlah dan durasi harus ditanyakan. Pasien juga ditanya mengenai setiap adanya kehilangan darah, seperti adanya darah dalam tinja, atau menstruasi yang berlebihan pada wanita. Riwayat keluarga juga penting karena beberapa jenis anemia bersifat herediter. Kegemaran olahraga juga penting karena latihan dapat menurunkan eritropoesis dan ketahanan hidup sel darah merah pada beberapa olahragawan. Pengkajian nutrisi dapat menunjukkan adanya kekurangan nutrisi esensial seperti besi, vitamin B12 dan asam folat. Anak dari keluarga tunawisma mempunyai risiko tinggi mengalami anemia akibat malnutrisi.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup meliputi :

* Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, dan malaise umum.

* Kekurangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan kekurangan asupan nutrisi esensial.

3. Implementasi

Tujuan utama meliputi toleransi terhadap aktifitas, pencapaian atau

pemeliharaan nutrisi yang adekuat, dan tidak adanya komplikasi.

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan

1. Mampu bertoleransi dengan aktivitas normal

a. Mengikuti rancana progresif, istirahat, aktivitas, dan latihan.

b. Mengatur irama aktivitas sesuai tingkat energi.

2. Mencapai/mempertahankan nutrisi yang adekuat

a. Makan makanan tinggi protein, kalori, dan vitamin.

b. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung.

c. Mengembangkan rencana makanan yang memperbaiki nutrisi optimal.

3. Tidak mengalami komplikasi

a. Menghindari aktivitas yang menyebabkan takikardi, palpitasi, pusing, dan dispnu.

b. Mempergunakan upaya istirahat dan kenyamanan untuk mengurangi

dispnu

c. Mempunyai ytanda vital normal

d. Tidak mengalami tanda retensi cairan (misalnya edema perifer, curah

urine berkurang, distensi vena leher)

e. Berorientasi terhadap nama, waktu, tampat, dan situasi.

f. Tetap bebas dari cedera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar