Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

gagal jantung

A. Kansep Medis
1. Definisi
a. Oleh H. Zaidin, SKM. MBA.MM ( 2002)
Gagal jantung atau payah jantung ( Heart Failure ) adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme baik jantung kanan atau kiri ataupun kedua duanya.
b. Dari Wikipedia Indonesia ( 2006 )
Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole.
2. Etiologi
Gagal jantung ini umumnya disebabkan karena :
a. Gangguan pada anatomi dan fisiologi jantung, antara lain infark miokard ( matinya sebagian otot jantung ), miokarditis (peradangan pada otot jantung), miokard fibrosin (pembentukan jaringan Fibrosa secara berlebihan pada otot jantung), aneurisma ventrikel (dilatasi / tonjolan-tonjolan pembuluh darah pada ventrikel karena kelemahan dinding pembuluh darah tersebut).
b. Gangguan ventrikel yang dapat menimbulkan gangguan isi sekuncup, meliputi :
1) Preload dalam hal aorta regurgitation(aliran balik aorta pada katib mitral)Ventral Septal Defect (VSD pada atrial), dan pemberian infus yang cepat.
2) After Load, dalam hal stenosis aorta / stenosis pulmonalis hipertensi.
3) Kontriksi ventrikel dalam hal tampanode jantung.



3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya. Namun demikianm dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Ortopnue yaitu sesak saat baring
b. Dyspneu on effort (DOE) yaitu sesak bila melakukan aktifitas.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND) yaitu sesak nafas tiba-tiba.
d. Berdebar-debar
e. Lekas capek.
f. Batuk-batuk.

4. Patofisiologi
a. Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri (left hear failure) adalah penurunan kemampuan pemompaan darah dari ventrikel kiri yang dapat mengakibatkan curah jantung kiri turun yang mengakibatkan residu darah pada venrtikel kiri bertambah banyak, darah dari atrium kiri kurang ke ventrikel kri dan selanjutnya pengembalaian darah dari paru-paru terhambat / berkurang, yang mengakibatkan terjadi osmotik koloid pada kapiler paru-paru yang dapat menimbulkan transudat pada interstitial paru yang selanjutnya dapat menyebabkan pernafasan pendek (karena kemampuan kompliance dan recoil paru penurun ), dan hopoksia (karena kemampuan dipusi menurun ).
Secara klinis payah jantung kiri ini dapat menyebabkan penurunan curah jantung, orthopnea, dispenia, batuk-batuk berdahak kemerahan, distrimia, kongesti vaskuler pulmonal, paraksima nocturnal dysponea, cheyne strokes, crackles paru, gallop ventrikel S3, gallop atrial S4, peningkatan berat badan.






Secara lengkap dapat dilihat pada bagan dibawah ini







b. Gagal jantung kanan (Right Heart Failure)
Gagal jantung kanan adalah penurunan kemampuan pompa jantung kanan yang dapat mengakibatkan curah jantung ventrikel kanan lebih banyak dari biasanya. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat sehingga menghambat pemasukan darah dari sirkulasi vena jaringan keatrium kanan yang dapat mengakibatkan kongestik vena dari sirkulasi. Manifestasi klinis dari payah jantung kanan ini terjadinya spleno megali, hepato megali, distensi vena jugularis, distritmia, oedema, imobilisasi diagfragma rendah dan terdapat S3 dan S4 ventrikel kanan.



Skema dapat dlihat dibawah ini :






5. Klasifikasi gagal Jantung
Gagal jantung menurut New York Heart Association atas 4 kelas fungsional, yaitu :
a. Timbul gejalah sesak pada aktivitas fisik berat
b. Timbul gejalah sesak pada aktivitas sedang
c. Timbul gerjalah sesak pada aktivitas ringan
d. Timbul gejalah sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat

6. Diagnosis penunjang
a. Laboraratorium
1) Hematologi : hb, Ht, Leukosit
2) Elektrolit : K,Na, Cl, Mg
3) Gangguang fungsi ginjal dan hati
4) Ureum, Creatinin, BUN, Urine lengkap
5) SGOT, SGPT
6) Gula darah
7) Kolestrol, Trigliseride
b. Elektrokardiogram (EKG)
1) Penyakit jantung kroner : Iskhemik, infart
2) Pembesaran jantung : LVH
3) Aritmia
4) Perikarditis
c. Foto rontgen toraks
1) Edema alveoler
2) Edema interstiales
3) Efusi pleura
4) Pelebaran vena pulmonalis
5) Pembesaran jantung
d. Ekokardiogram
Menggambarkan ruang-ruang dan katub jantung
e. Radionuklir
1) mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
2) mengidedntifikasi kelainan perfusi miokard
f. Kateterisasi
1) Untuk mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
2) Untuk mengetahui saturasi O2 diruang-ruang jantung
3) Biopsi endomiokarditis @ kelainan otot jantung
4) Meneliti elektrifisiologis @ aritmia ventrikel berat reccurrent
5) Beratnya lesi katub jantung
6) Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
7) Angiografi ventrikel kiri :
a) Identifikasi hipokinetik
b) Aneurisma ventrikal
c) Fungsi ventrikal kiri
8) Arteriografi koroner
Identifikasi lokasi stenosis arteri koroner.

7. Penatalaksanaan
Kelas 1 : Non farmakologi
Kelas 2,3 : Diuretik, Digitalis, ACE inhibitor, Vasidilator (kombinasi 2 dan 3) kombinasi diuretik, digitalis, cukup memadai.
Kelas 4 : Kombinasi Diuretik, diginalis, ACE in hibitor seumur hidup.
Atasi faktor pencetus :
 Aritmia
 Infeksi
 Anemia dll
Terami non farmakologi ;
 Diet rendah garam
 Batasi cairan
 Mengurangi berat badan






B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data-data subjektif
Data-data subjektif terdiri dari :
Anoreksia, kelelahan, nafas pendek, dispenia, arthopnea, mual/muntah, peningkatan berat badan, gelisa, perasaan tidak nyama, ansuetas, cemas, nokturia dan lain-lain
b. Data-data objektif
Data-data objektif terdiri dari pembesaran limpa, takikardi, pulsus altermans, output urine, ronki, krekles sianosis orifer, irama gallop (S3, S4), pernapasan chyne stokes, distensi vena jugularis, distensi abdomen, tingkat kesadaran kurang, akibat toksisitas obat (digitalis, hipokalemia, distritmia)kenaikan berat badan setiap hari dan lain-lain
c. Test Diagnostik
Test diagnostik yang lazim dilakukan adalah EKG. Echo cardiogram, catetepisasi jantung dan foto thorak.
d. Pengkajian khusus gagal ventrikel kiri antara lain disponea (aktivitas/ istirahat), orthophnea, susah nafas, takipma, sesak nafas, gelisah, batuk kering, Hemoptisis, pulpus altemans, taki kardi, peningkatan tekanan darah, gallop ventrikel kiri S3 Hipoksemia, krekles, ronki, sianosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a Penurunan curah jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel
1) Tujuan
Ada perbaikan curah jantung yang ditandai dengan :
a.) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nafas, denyut nadi) sesuai dengan usia
b.) Frekuensi jantung, curah jantung, PCWC dalam batas-batas normal
c.) Toleransi terhadap aktivitas meningkat
2) Intervensi
a.) Pantau dan kaji tekanan darah, nadi apikal, frekuensi denyut jantung dan pernapasan setiap 2 - 4 jam, pantua denyut jantung, suara paru, tanda-tanda penurunan perpusi prifer dan produksi urine untuk melihat gangguan fungdi ventrikel.
b.) Beri obat dobutamin, amrinon, melrinon, dan digitalis (sesuai pesanan), dan pantau reaksinya antara lain mual, muntah, diare, anoreksia, bradikardi, sakit kepala, lemas, perubahan perilaku, aritmia dan lain-lain.
c.) Pantau curah jantung setiap 4 – 6 jam (sesuai pesanan) dan parameter hemodinamik seseaui indikasi.
d.) Ciptakan lingkungan yang tenang dan beri dukungan emosi.
e.) Batasi aktivitas dan hindari kelelahan antara lain dengan jalan :
(1) Pasien harus istirahat sebelum dan sesudah makan
(2) Pertahankan waktu istirahat yang telah direncanakan (diantara prosedur-prosedur tindakan/pemeriksaan)
(3) Istirahat total di tempat tidur dengan posisi sandaran 30 – 60 derajat ( istirahat fisik dan mental )
b Risiko kelebihan volume cairan sehubungan dengan mekanisme pengaturannya.
1) Tujuan
Tidak adanya keluhan cairan dengan tanda-tanda :
a.) Penurunan berat badan kembali kepada keadaan biasa ( sebelum sesudah ).
b.) Tidak adanya tanda-tanda edema.
c.) Tidak adanya peningkata tekanan vena jugularis.
d.) Bunyi paru bersih, bunyi jantung tidak ada S3, S4.
2) Intervensi
a.) Pantau bunyi nafas dan bunyi jantung setiap 4 – 8 jam.
b.) Pertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan :
(1) Hindari mutasi berlabihan dan cepat.
(2) Lakukan infus/intrafenus pekat untuk menurunkan volume (sesuai pesanan).
(3) Beri diuretik dengan terapi pasodilator (sesuai pesanan) dan pantau efek dan toksisitasnya.
(4) Ukur masukan dan keluaran (urine) setiap jam, dan apabuila keluar < 30 cc/jam segera lapor.
(5) Timbang berat badan setiap hari dan segera lapor bila terjadi kenaikan > 500 gr/hari
(6) Pantau BUN dan elektrolit
(7) Batasi diet tinggi natrium
(8) Batasi pemasukan cairan (buat perencanaan).
c. Gangguan pertukaran gas oksigen sehubungan dengan peningkatan tekanan kapiler paru
1) Tujuan
Kecukupan pertukaran gas oksigen dalam paru yang ditandai dengan :
a) Pasien bernafas normal.
a) Tidak terjadi cianosis
2) Intervensi
a) Pantau suara paru dan frekuensi pernapasan setiap jam, dan amati tanda-tanda hipoksemia
b) Tidurkan pasien dengan posisi baring ddenagn tinggi kepala 30 – 40 derajat dan ubah setiap 2 – 4 jam.
c) Beri oksigen sesuai dengan kebutuhan .
d) Beri latihan pernapasan dalam 5 – 10 kali/jam.
e) Beri makan dan minum dalam porsi kecil.
f) Intruksikan pasien untuk :
(1) Menghindari rokok / tembakau.
(2) Batuk-batuk.
g) beri pelembab udara yang diinspirasi sesuai pesanan.
h) Berikan obat-obatan sesuai pesanan, antara lain morvin, diuretik.
i) Beri penyuluhan penjelasan tetang perawatan dan pengobatannya.

d. Kurang cukup pemenuhan kebutuhan gizi sehubungan dengan gangguan Absopsi zat-zat gizi sekunder akibat dari penurunan surah jantung
1.) Tujuan
Pasien memiliki status gizi yang adekuat yang
a.) Berat badan seimbang/ normal sesuai dengan usia dan bentuk badan
b.) Nafsu badan yang membaik
c.) Turgor kulit baik, peningkayan massa otot
2.) Intervensi
a.) Pantau pertumbuhan berat badan setiap hari
b.) Pantau tanda-tanda malnutrisi dan kukeksia jantung meliputi :
(1) Penurunan ukuran lipatan kulit trisep
(2) Pantau apakah berat badan kurang 20 % atau lebih rendah disesuaikan dengan usia dan tinggi badan
(3) Apakah pasien mengalami anoreksia atau stomatis atau kurang tertarik pada makanan
(4) Apakah ada peningkatan kelelahan dan kelemahan
(5) Apakah ada penurunan albomin, transferin, kapasitas ikatan zat besi, dan BUN Serum.
c.) Pertahankan status gizi yang adekuat dengan jalan :
(1) Konsultasi dengan ahli gizi
(2) Jangan memaksa pasien untuk makan tetapi beri motivasi dan mencari makanan kesenangannya, serta sesuaikan dengan nilai-nilai budayanya
(3) Hindari bau-bau yang tidak sedap / situasi yang tidak enak di pandang sewaktu makan
(4) Berikan makanan dengan porsi kecil tetapi sering
(5) Tambahkan dengan makanan yang tinggi kalori
(6) Lakukan penghitungan kalori bila status gizi gagal membaik
d.) Lakukan pemasangan selang makan atau nutrisi parenteral, sesuai indikasi
e.) Lakukan oral hygienis setiap 2-4 jam
f.) Berikan obat-obatan untuk menguragi mual/ muntah.
e. Intoleran aktivitas sehubungn dengan penurunan curah jantung
1.) Tujuan
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)
2.) Intervensi
a.) pantau adanya tanda-tanda intoleran aktivitas
b.) Pasien istirahat di tempat tidur atau di kursi dengan kaki diatas dan batasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan (pispot di samping tempat tidur, bantuan mandi dll).
c.) Periksa tekanan darah dan frekuensi jantung sebelum dan sesudah aktivitas
d.) Beri jarak waktu pengobatan / tindakan sehingga waktu istirahat tidak terganggu.
3. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan di mana tindakan keperawatan di laksanakan berdasarkan rencana keperawatan dan pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi yang telah tercatat dalam rencana keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditentukan. Pada tahap ini untuk memastikan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai.










BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Perencanaan keperawatan pada klien dengan gagal jantung tetap mengacu pada teori dan disusun sesuai masalah keperawatan dengan tetap memperhatikan kondisi pasien.
2. Pelaksanaan rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul dengan mencantumkan wakrtu pelaksanaan dan respon klien.
3. Evaluasi keperawatan pada klien gagal jantung, masalah keperawatan yang sudah teratasi adalah pola nafas dan pola istirahat tidur, sedangkan masalah keperawatan yang belum teratasi adalah nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan aktivitas, gangguan personal higiene, dan kecemasan. Hal ini disebabkan karena gangguan pada jantung memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyembuhannya.

B. SARAN - SARAN
1. Agar pelaksanaan proses keperawatan dapat berhasil sesuai dengan yang direncanakan maka disarankan kepada perawat dalam menyusun rencana keperawatan sebaiknya disusun berdasarkan kebutuhan klien dengan melibatkan klien dan ke dan keluarga dalam penyusunannya sehingga pelaksanaan proses keperawartan dapat berhasil sesuai dengan yang durencanakan.
2. Untuk mempercepat proses penyembuhan klien sebaiknya klien dan keluarga bekerja secara kooeratif dan lebih mandiri dalam merawat dirinya dan tidak bergantung pada perawatan dirumah sakit.
3. Kepela perawat ruangan agar meneruskan rencana keperawatan dan masalah klien yang belum teratasi dengan memodifikasi interpensi sesuai dengan kondisi klien





DAFTAR PUSTAKA

 Ali Zaidin H. SKM. MBA. MM, (2002), Perawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Reflesia Press, Depok
 Depkes, (1998), Indonesia sehat 2010, Visi baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta.
 Ganong F Williams. MD, (2002), Fisiologi Kedokteran, Buku Kedokteran, Jakarta.
 Http : // id.wikipedia. org / wiki / gagal jantung.
 Rokhaeni Heni SMIP. CCRN, dkk, (2002), Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Harapan Kita, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar