Powered By Blogger

Jumat, 23 Juli 2010

askep CA lambung

A. Konsep Medis
1. Defenisi
Kanker lambung adalah keganasan pada lambung yang masih terkalisir pada mukosa dan submukosa tanpa memperhatikan sudah metastasis atau belum.
2. Etiologi
Penyebab kanker lambung sampai sekarang belum jelas diketahui. Namun, beberapa pengamatan telah dilakukan yang mungkin dapat dipakai untuk menjelaskan patogenesis : 1) perubahan mukosa yang abnormal, 2) pengamatan epidemiologis dan 3) perubahan dalam bermacam-macam komponen.
3. Menifestasi Klinik
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, dan mual serta muntah.
4. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Lambung terdiri atas
• Duodenum yaitu bagian pertama usus halus yang 25 cm panjangnya berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas saluran empedu dan saluran pankreas masuk kedalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatupankreatika atau ampula vateri 10 cm dari pylorus.
• Pylorus yaitu merupakan yang caudal yang makin mengecil, dan melanjutkan diri menjadi duodenum.
• Fundus yaitu merupakan bagian sebelah kiri dan muara oesafagus.
• Caruatura minor yaitu membentuk tepi kanan, letak hampir vertical, tempat melekat omentum minus.
• Carvatura mayor yaitu membentuk sisi kiri dapat berubah-ubah sesuai kondisi, tempat melekat omentum minus.
Lambung diletakkan pada bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh tepat dibawah diafragma kiri lambung adalah suatu kantong yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml inlet ke lambung disebut pertemuan esphagogastrik, bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus disebut sfingter esafagos bawah (sfgter kardia) yang pada saat berkotraksi menutup lambung dari esafagos otot halus sirkules di dinding pylorus membentuk sfigter pyloris dan mengotrol lubang diantara lambung dan usus halus.
b. Fisiologi
• Fungsi Motorik
Fungsi Motorik lambung ada 3 yaitu:
1) Menyimpang makanan dalam jumlah yang besar sampai makanan tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan
2) Mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai ia membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan kimus
3) Mengeluarkan makanan perlahan-lahan dan lambung masuk ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi oleh usus halus
 Fungsi penyimpanan lambung
Saat makanan masuk lambung, ia membentuk gastrikum lingkaran “konsentris pada korpus dan fundus gastrikus” makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan lubang oesafagus dan makanan yang paling lama terletak dengan dinding lambung. Dalam keadaan normal korpus gastrikum dan fundus gastrikus mempunyai relatif sedikit terus pada dinding ototnya sehingga ia dapat menonjol keluar dengan progresif, karena itu makin lama menampung makanan makin banyak sampai batas hampir 1 liter.
 Pengosongan lambung
Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh isyarat dari lambung dan dari duodenum. Isyarat lambung terdiri dari :
(1) Saraf yang disebabkan oleh peregangan lambung oleh makanan
(2) Lambung ada dua, hormon gastrin yang dikeluarkan dari mukosa atrum akibat respon terhadap regangan dan adanya makanan dalam lambung
(3) Efek hormon gastrin pada pengosongan lambung gastrin mempunyai efek yang kuat atas sekresi getah lambung yang sangat asam oleh glandula gastrika, yang paling penting gastrin meningkatkan aktifitas pompa pylorus sedangkan pada saat yang sama merelaksasi pylorus itu sendiri. Jadi gastrin kuat pengaruhnya untuk mempermudah pengosongan lambung.
(4) Efek penghambatan refleks enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus
Bila kimus memasuki duodenum, isyarat refleks saraf dihantarkan kembali ke lambung untuk menghambat pristaltik antrum dan untuk meningkatkan tonus pylorus, refleksi ini mungkin dihantarkan terutama melalui serabut saraf eferen dalam nerus vagus ke batang otak dan kemudian kembali melalui serabut saraf eferen ke lambung juga melalui vagus
• Fungsi Sekresi
Mukosa lambung mempunyai dua jenis kelenjar tubolosa, kelenjar gastrik atau oksintik dan kelenjar pylorus. Kelenjar gastrik terutama mensekresi mukus untuk perlindungan mukosa pylorus. Kelenjar gastrik terletak pada bagian atrum lambung.
 Sekresi digestif dari glandula grastika terdiri dari tiga jenis sel, yaitu : sel leher mukosa, yang mensekresi mukus, sel peptik yang mensekresi enzim-enzim pencernaan. Dan pepsin dan sel parietalk yang mensekresi asam hidroklorida.
 Mekanisme dasar sekresi asam hidroklorida
(1) Ion klorida di transport secara aktif dari sitoplasma sel parietalk dalam lumen kanalikus
(2) Air berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan ion hidrosil disekresikan secara aktif kedalam kanalikulusuntuk ditukar dengan ion kalium
(3) Air melintasi sel dan masuk kedalam kanalikus dengan osmosis
(4) Akhirnya beberapa langkah yang melibatkan karbondioksida dan asam karbonat menyebabkan pembuangan, kelebihan ion hidroksil dari sel ini
(5) Sekresi pepsin, enzim utama yang disekresi oleh sel peptik adalah pepsin
(6) Sekresi mukus dalam lambung, glandula pylorikum secara struktural mirip dengan galndula gastrika. Tetapi mengandung sangat sedikit sel peptik dengan sel leher mukosa glandula gastrika.
5. Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan gastrokopi, fluoroskopi, histopatologi, dan mikroskopis, para endoskopis di Jepang yang tergabung dalam Japanese Research Society for Gastric Cancer pada 1962 membagi KLD atas beberapa tipe.
Tipe I Protruded Type
• Polipoid karsinoma mirip Borman I
• Invasi sel-sel karsinoma hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa
• Bentuk irreguler, permukaan tidak rata, dan pendarahan ada
• Dengan atau tanpa adanya ulserasi pada permukaan
Tipe II Superficial Type (dibagi 3 sub tipe)
• Elevated type
 Mukosa lambung sedikit elevasi
 Hampir serupa tipe I, tetapi lebih meluas dan melebar
• Flat type
 Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa
 Hanya terdapat perubahan warna mukosa
• Depressed type
 Tepi dan permukaan irreguler
 Clubbing atau terpotongnya mukosa folds
 Tepi hiperemik atau hemoragik
 Mukus adherent dengan lapisan yang kotor
 Island like residue

Tipe III Excavated Type
• Ulkus karsinomatosa yang mirip Borman II
6. Diagnosa Penunjang
Diagnosis kanker lambung dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah samar feses dengan benzidin tes, sitologi, pemeriksaan ronsen kontras ganda, gastrokopi, gastrobiopsi, dan fosfor radioaktif. Tidak ada petanda (marker) tumor yang spesifik untuk suatu KLD 6. Petunjuk pertama untuk mendiagnosis datang dari biopsi secara endoskopi, yang menunjukkan sel-sel ganas. Gambaran endoskopi lambung mungkin terlihat agak normal, kebanyakan gambaran batu koral mukosa yang kasar. Biopsi lambung dapat dengan baik mendeteksi perubahan karsinomatous yang difusi. Pasien-pasien yang berusia lebih 45 tahun dengan gejala dispepsia batu ternyata didapati peningkatan deteksi KLD sebanyak 26%, apabila dilakukan endoskopi dan juga ditemukan peningkatan kasus yang dapat di operasi 63%. Sedangkan menurut Thomas, mungkin beralasan untuk melakukan endoskopi pada pasien usia lebih 45 tahun sebelum memberikan obat-obatan. Walaupun bukti ini belum tegas, ini adalah salah satu cara untuk deteksi dini.
7. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tomurnya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan pada jejenum, seperti pada gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung esafagos dan jejenum. Bila ada metastatis pada organ vital lain, seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit atau paliasi. Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-fluorourasil (5FU), adriamycin, dan mitomycin-C. Radiasi dapat digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien, yang memfokuskan pada isu seperti masukan tinggi makanan asap atau di asinkan dan masukkan buah dan sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan; bila demikian seberapa banyak?
Apakan pasien merokok? Bila demikian, seberapa banyak seharinya dan berapa lama? Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok? Apakah pasien minum alkohol? Bila demikian, seberapa banyak?
Perawat menanyakan pasien bila ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila demikian, anggota keluarga dekat atau langsung kerabat jauh yang terkena? Apakah status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi massa. Perawat harus mengobservasi adanya asites. Organ lain diperiksa untuk nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut.
• Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi
• Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan anoreksia
• Nyeri, berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal
• Berduka diantisipasi berhubungan dengan diagnosis kanker
• Kurang pengetahuan tentang aktifitas perawatan diri
3. Implementasi
Tujuan utama mencakup penurunan ansietas, mendapatkan nutrisi optimal, penghilangan nyeri, dan menyesuaikan dengan diagnosis dan perubahan gaya hidup yang diantisipasi.
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
• Sedikit mengalami ansietas
 Mengekspresikan rasa takut dan masalah tentang pembedahan
 Mencari dukungan emosi
• Mendapatkan nutrisi optimal
 Makan makanan porsi kecil dan sering yang tinggi kalori, besi dan vitamin A dan C
• Sedikit mengalami nyeri
• Melakukan aktifitas perawatan diri dan menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup
 Melakukan kembali aktifitas normal dalam tiga bulan
 Mengubah periode istrahat dan aktifitas
 Mengatur pemberian makan per selang

4 komentar:


  1. Intinya GEJALA SINUSITIS Ini Dapat Terjadi Pada Pria Maupun Wanita Diberbagai Usia. Untuk Itu Jangan Remehkan GEJALA SINUSITIS. Metode Pengobatan Herbal Biasanya Menjadi Alternatif Dalam Penyembuhan GEJALA SINUSITIS, Karena dengan pengobatan herbal GEJALA SINUSITIS Ini Akan Terobati Tanpa Dengan Disertai Efek Samping Yang Berbahaya. Dengan Keunggulan Inilah Yang Membuat Pengobatan Herbal Menjadi Alternatif Dalam Mengobati GEJALA SINUSITIS Secara Alami. Untuk Itu Atasi GEJALA SINUSITIS Sekarang Juga Sebelum GEJALA SINUSITIS Ini Menjadi Berbahaya

    BalasHapus